JAKARTA, TODAY — Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky SiÂbarani mengatakan, untuk bisa menyaingi Vietnam yang sanÂgat agresif dalam mengembangkan kawasan industri, pemerintah berupaya mendukung pengemÂbangan kawasan inÂdustri di Indonesia untuk meningkatkan daya tarik investasi.
“Salah satunya saingan kita adalah Vietnam sebagai pesaing beÂrat tujuan investasi utama ASEAN,†ujar Franky di Gresik, Jawa Timur, seperti dalam keterangan tertulis, Selasa (10/11/2015).
Dari data Financial Times Januari-September 2015 IndoneÂsia berhasil menarik FDI yang maÂsuk ke ASEAN sebesar USD 15,48 miliar (26%), sementara Vietnam USD 11,61 miliar (19%). “BKPM telah melakukan kajian mengenai insentif-insentif yang diberikan oleh Vietnam,†jelasnya.
Franky menambahkan bahwa Vietnam mengembangkan kaÂwasan industri melalui pemberiÂan insentif antara lain pemberian tarif pajak 10% selama 15 tahun pertama, pembebasan PPh Badan selama 4 tahun dan pengurangan sebesar 50% selama 9 tahun, penÂgurangan PPh perorangan sebeÂsar 50%, importasi barang modal dan bahan baku pembebasan Bea masuk impor selama 5 Tahun seÂjak pertama produksi, dan perizÂinan melalui layanan PTSP di kaÂwasan industri.
“Pemerintah Indonesia juga telah berupaya mengembangkan kawasan industri melalui pembeÂrian insentif untuk kawasan inÂdustri, diantaranya usulan pelayÂanan izin investasi izin konstruksi di kawasan industri, serta peneÂtapan kawasan industri sebagai pusat logistik,†papar Franky.
Secara riil, BKPM juga menÂdukung JIIPE sebagai Kawasan industri terpadu untuk menjadi kawasan industri yang melakÂsanakan pemberian Izin Investasi langsung konstruksi di JIIPE, mendukung JIIPE sebagai pusat logistik kawasan berikat, mengÂkoordinasikan kemudahan perÂizinan infrastruktur pendukung JIIPE.
Hadir dalam kegiatan konfeÂrensi pers tersebut Dirut PT PeÂlindo III Djarwo Surjanto dan CEO JIIPE Bambang Soetiono. Untuk diketahui, besok (11/11) Presiden Joko Widodo akan menyaksikan peluncuran program penciptaan lapangan kerja melalui sinergi inÂvestasi dengan pondok pesantren di kawasan Industri Java InteÂgrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik. JIIPE merupakan join venture PT Pelindo III (perÂsero) dengan PT Aneka Kimia Corporindo Tbk.
JIIPE memiliki kawasan indusÂtri seluas 2.933 hektare, dilengÂkapi pelabuhan laut seluas 406 hektare dan kawasan hunian selÂuas 77 hektar. Nilai total investasi pengembangan kawasan industri ini sebesar Rp 50 triliun.
Saat ini, JIIPE sedang memaÂsuki masa konstruksi yang dilakuÂkan oleh dua BUMN yaitu PT HuÂtama Karya dan Waskita Karya. Dalam proses konstruksi ini, terserap 1.500 tenaga kerja langÂsung, di mana 90% berasal dari masyarakat di sekitar kawasan inÂdustri, yaitu Kecamatan Bungah dan Kecamatan Manyar Gresik.
Hingga kini, sudah ada lima perusahaan yang akan membanÂgun di kawasan industri JIIPE, yaitu perusahaan smelter, petroÂkimia, dan pengolahan garam unÂtuk industri.
Kelima perusahaan sedang melakukan konstruksi dan dapat menyerap sekitar 5.000 tenaga kerja langsung. Sementara itu, seÂluruh kawasan industri ini dapat menyerap sekitar 60 ribu tenaga kerja langsung. JIIPE ini sebagai salah satu model pengembangan kawasan industri yang terpadu dengan pelabuhan (deep sea port) yang mendapatkan dukunÂgan penuh dari pemerintah naÂmun tidak membebani anggaran APBN.
Dari data BKPM investasi pembangunan kawasan industri yang masuk dalam sektor prioriÂtas pariwisata dan kawasan, unÂtuk periode Januari-September 2015 tercatat kenaikan 127,3% dari tahun sebelumnya Rp 79,8 triliun menjadi Rp 181,2 triliun. SedangÂkan dari sisi minat investasi terÂcatat dari 22 Oktober 2014 hingga 2 Oktober 2015 total USD 11 miliar minat investasi di sektor pariwisaÂta dan kawasan.
(Alfian M|net)