SEGMEN keluarga yang berkendara untuk berbelanja di mall atau supermarket menjadi salah satu penyumbang kemacetan di ibukota. Sepulang menimba ilmu dari Negeri Paman Sam, Nadia merintis ide usaha Go-Mart.
Oleh : Adilla Prasetyo Wibowo
[email protected]
Berawal dari pengalaman pribadi sebagai salah satu warga Jakarta yang tidak menyukai kemacetan dan kesulitan mendapatkan baÂrang yang dibutuhkan dalam waktu yang cepat, Nadia Tenggara bersama Go-Jek kini mengembangkan sebuah layanan antar, yaitu Go-Mart, layanan di mana konsumen tidak perlu pergi ke lokasi toko yang dituju karena pengemudi Go-Jek akan membeÂlikan dan mengantarkan produk yang diÂpilih.
Nadia Tenggara memegang posisi Head of Go-Mart Indonesia sejak Maret 2015. Lulusan Fakultas Teknik Sipil dan LingÂkungan di University of Virginia, Amerika Serikat, ini mengungkapkan, The journey of Go-Mart is my responsibility. Mulai dari menentukan target market, bekerja sama dengan berbagai retail, menciptakan user experience yang paling baik, lalu strategi pemasaran yang tepat untuk mencakup lebih banyak lagi market di luar user-based Go-Jek.
Menurut Nadia, leverage dari situasi keÂmacetan Jakarta, Go-Jek mengembangkan kesempatan itu untuk, selain memudahÂkan konsumen, meningkatkan produktiÂvitas pengemudi Go-Jek yang kini sudah mencapai 100 ribu orang dan tersebar di seluruh area Jabodetabek.
Sambil menjalankan bisnisnya sendiri, Callamaya, sebuah florist business, Nadia bergabung dengan Go-Jek ketika tim manaÂjemen masih sangat kecil. Saat itu hanya ada core service, yaitu transport dan shopÂping.
“Kami semua di Go-Jek berbagi kulÂtur dan behavior yang selalu mau beriÂnovasi dan terus berkembang. Saya meÂmiliki chemistry yang cocok dengan tim Go-Jek. Hingga akhirnya muncul Go-Mart. Yang membedakan dengan fitur shopping adalah konsumen tidak perlu input produk dan lokasi toko secara manual, tapi hanya perlu pick and choose,†ujar wanita yang punya hobi traveling ini.
Go-Mart hadir sebagai bentuk revolusi berbelanja di era yang serba digital ini. “Kami mau melakukan suatu revolusi dari customer behavior yang sudah kebiasaan pergi ke toko untuk berbelanja. Dengan adanya Go-Mart, kami ingin shift behavior konsumen dari offline experience ke arah online delivery. Sekarang mobile phone adalah akses untuk akses Internet. Bahkan setiap orang diperkirakan melihat ponselÂnya setiap 10 menit sekali,†ujar Nadia.
Menurut Nadia, hambatan yang kini dihadapi adalah bagaimana cara mengedukasi konsumen untuk mengubah behavior dalam berbelanja. “Jika dibandÂingkan dengan fitur transport, itu konsep yang sudah biasa karena ojek sudah ada dari dulu. Namun untuk online delivery, mempercayakan berbelanja kebutuhan sehari-hari kepada orang lain itu suatu konsep yang harus kita edukasi lebih lanÂjut,†paparnya.
Saat ini target yang ingin dicapai Nadia adalah mendapatkan trust dari konsumen untuk terus menggunakan layanan Go- Mart karena, menurut dia, berbelanja denÂgan Go-Mart merupakan solusi berbasis teknologi masa kini yang dapat membuat berbelanja menjadi jauh lebih efisien.