Kerajaan bisnis Olympic Group diam-diam sudah siap melakukan alih generasi. Pendiri sekaligus Presiden Direktur PT Cahaya Sakti Furintraco, Au Bintoro, sudah menyiapkan putri mahkota Imelda Fransisca yang bakal segera memegang kendali bisnis.
Oleh : Alfian Mujani
[email protected]
Sudah waktunya saya menikmati hidup. Imelda yang akan segera menggantikan saya. Sekarang dia yang menangani bisnis properti dan perhotelan Olympic Group,’’ kata Au Bintoro kepada Bogor Today di markas bisnisnya, Olympic CBD Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (12/11/2015).
 Secara sepintas, Au tampak sangat bangga dan percaya dengan kemampuan manajemen bisnis Imelda. Au menyebut putÂeri kesayangannya sebagai anak yang baik, pintar, dan memiliki visi bisnis yang bagus. ‘’Dia anak yang baik dan pintar,’’ ujar pria plamboyan yang selalu tampil necis ini. Nama Au Bintoro di jagat bisnis furnitur sangat disegani. Dia sukses mengantarkan OlymÂpic menjadi pemimpin pasar di kategori knock down furniÂtur selama tiga dekade lebih. Olympic Group kini menjelma menjadi sebuah perusahaan induk yang memegang beÂberapa merek terkenal dalam industri furniture Indonesia, di antaranya Olympic Furniture dan Furnimart. Olympic Group memiliki beberapa perusaÂhaan dan memegang beberapa merek di antaranya Olympic Furniture, Solid Furniture, AlÂbatros, Procella, Olympia, dan Jaliteng.
Kini Olympic Group tengah gencar menggarap properti. Proyek terbarunya adalah PreÂmier Inn Olympic Hotel (hotel bintang tiga plus), dua tower Olympic Residence, dan OCBD Business Park Sentul yakni kaÂwasan perkantoran dan perguÂdangan yang menyatu di lingÂkungan Olympic CBD di atas area 120 hektare.
Bisnis Olympic Group diawaÂli pada tahun 1980. Menurut catÂatan Wikipedia, ketika itu, Au Bintoro merasa bahwa toko furÂniture terlalu membebani konÂsumennya dengan ongkos kirim yang begitu besar. Mahalnya ongkos kirim itu disebabkan kaÂrena beratnya produk furniture sehingga untuk mengangkatnya dibutuhkan beberapa orang pekerja, selain itu pengusaha furniture tidak dapat membawa banyak barang sekaligus—satu truk kecil hanya bisa menÂgangkut beberapa meja belajar saja—sehingga tidak efesien dan bukan tidak mungkin ongkos kirimnya lebih mahal dari harga meja itu sendiri.
Itu sekelumit romantisme perjalanan Au membangun kerajaan bisnis Olympic Group. Kini hasil kerja keras Au bukan saja bisa dinikmati keluarga dan karyawannya, tetapi juga meringankan rakyat Indonesia dalam memenuhi kebutuhan furnitur. Karena itu, tak berlebiÂhan kalau Au Bintoro disebut seÂbagai salah satu aset bangsa ini.
Yang menarik dari seorang Au Bintoro, adalah selalu tampil necis. Itu juga mungkin sebabnya, meski pun usinya kini sudah di atas 60 tahun, waÂjahnya masih terlihat segar dan awet muda. Au Bintoro lahir di Tembilahan, Riau 1 Agustus 1952. Ini berarti pada 1 Agustus lalu, Au bintoro merayakan ulÂang tahunnya yang ke-63.
Happiness, begitulah prinsip hidup Au. Hari-harinya mengaÂlir dengan santai. Jangan heran bila di areal pabriknya di Kedung Halang Bogor, ia menciptakan studio musik. Bahkan beberapa karyawannya dibesut sebagai pemain band. Konon, Au BinÂtoro terobsesi membentuk band profesional yang bisa manggung sampai mancanegara.
Apakah Au Bintoro tidak perÂnah stres? Berdasarkan beberaÂpa catat yang ditemukan Bogor Today, Au pernah mengalami stres dan depresi yang begitu hebat pada 1997. Saat itu, krisis moneter membuat nilai tukar terpuruk dari Rp 2.250 menjadi hingga Rp 16.000-an per dolar AS. Padahal Au Bintoro baru saja mendapatkanpinjaman sebesar USD20 juta dari penerÂbitan commercial paper.
Semula, dengan pinjaman tersebut, Au Bintoro berangan-angan akan mengembangkan Olympic Furniture menjadi raksasa industri furniturdi tanah air dan Asia. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Krisis moneter 1997-1998 hampir meÂluluhlantakkan Olympic FurniÂture yang dibangunnya dengan susah payah.
Kepiawaian Au Bintoro melawan tekanan akibat krisis ekonomi, membuat dia lolos dari jurang kehancuran. LangÂkan strategis yang dia lakukan adalah menjual separuh lahan dan gedungnya di Kawasan Sentul, Kabupaten. Semula, kaÂwasan ini akan dijadikan pusat produksi terpadu, mulai dari pengolahan kayu hingga finishing.
Au tak mau larut dalam keÂsulitan bisnis. Dia pun memÂbuat dirinya bahagia. Sebuah tulisan menyebutkan, bermain golf adalah salah satu cara Au Bintoro menepis stresnya. SeÂlain itu, dia juga bermain musik dan bernyanyi. Dalam kondisi demikian, sesungguhnya Au Bintoro tengah mencari solusi yang melanda bisnisnya. Dia tak mau bisnis yang dibangunÂnya dengan susah payah hancur berantakan. Masa sulit itu sudah berlalu.
‘’Saya ingin menikmati hidup. Urusan bisnis di OlymÂpic Group kelak akan ditangani seluruhnya oleh putri saya, ImÂelda,’’ kata Au dengan nada sanÂtai dan penuh optimisme. Dia juga berkeyakinan iklim usaha pada 2016 akan jauh lebih baik dari tahun 2015. ‘’Tahun ini bisÂnis furnitur saya turun sekitar 30-35persen,’’ katanya.
Menurut Au Bintoro, apa yang dilakukan Presiden Joko Widodo mengeluarkan paket kebijakan ekonomi, merupaÂkan langkah tepat. Terutama terkait dengan delegulasi perÂizinan investasi dan usaha. ‘’Bagi pengusaha kemudahan investasi dan perizinan itu sanÂgat penting. Presiden Jokowi sudah mengeluarkan kebijaÂkan ini, tinggal praktiknya di lapangan bisa dilakukan tidak ngurus izin ivestasi tiga jam,’’ pungkasnya.