102509997-Bank_Indonesia.1910x1000BANK Indonesia memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan atawa BI Rate di level 7,5 persen. Bank sentral Indonesia juga mempertahankan suku bunga landing rate di level delapan persen dan deposite rate di posisi 5,5 persen

Oleh : ADILLA PRASETYO WIBOWO
[email protected]

Sejalan dengan itu, Bank Indonesia me­mutuskan untuk menurunkan tingkat GWM Primer dalam rupiah dari sebe­lumnya delapan persen menjadi 7,5 persen. Aturan ini berlaku efektif pada 1 De­sember 2015 mendatang.

Dewan Gubernur BI, Perry Warjiyo menu­turkan, penurunan GWM Primer denominasi rupiah ini dapat menambah ekses likuiditas perbankan. Dengan demikian, kapasitas per­bankan untuk menyalurkan pembiayaan bisa naik sebesar Rp 18 triliun.

Bank sentral Indo­nesia berharap, pasca likuiditas perbankan bertambah lantaran penu­runan GWM Primer dalam rupiah, perbankan dapat menu­runkan komposisi simpanan dana mahal dengan menurunkan suku bunga deposito. Ujungnya, BI berharap perbankan dapat menurunkan suku bunga pinjaman karena biaya dana berkurang.

BACA JUGA :  Film Kiblat Menuai Kontroversi, MUI Beri Alasannya

Direktur Keuangan Bank Negara Indone­sia (BNI) Rico Rizal Budidar­mo menuturkan, penurunan GWM Primer dalam rupiah memang dapat memberikan ru­ang bagi perbankan untuk melaku­kan ekspansi kredit. Dari segi demand atau permintaan kredit, sejak kuartal III-2015 atau paruh kedua tahun 2015, beberapa bank memiliki pertumbuhan kredit yang relatif baik.

“Sampai akhir tahun kami masih me­miliki pipeline projects untuk penyaluran kredit. Tentunya BNI masih mengedepankan tumbuh secara berkualitas,” kata Rico Rizal mengutip Kontan, Kamis (19/11/2015).

Dalam kesempatan yang berbeda, Direk­tur Consumer Retail Banking BNI, Anggoro Eko Cahyo menambahkan, penurunan GWM Primer dalam rupiah merupakan sinyal kebi­jakan BI yang semakin akomodatif.

BACA JUGA :  Kasus DBD Melonjak, Kota Bogor Siap Lakukan Gerakan Jumantik Lebih Masif

Dengan penurunan ini, likuiditas bank menjadi semakin kuat sehingga mendorong turunnya biaya dana karena bank tidak harus bersaing dalam menghimpun dana dengan menaikkan suku bunga simpanan. “Bank pun tidak harus menaikkan suku bunga kredit,” ucap Anggoro.

Lebih lanjut Anggoro menambahkan, dengan adanya ekses likuiditas ini diharap­kan permintaan kredit akan naik sehingga pertumbuhan kredit di tahun bershio kamb­ing kayu ini dapat menembus level 12 persen hingga 14 persen. “Kredit produktif akan naik sejalan dengan pencairan anggaran pemerin­tah pusat dan juga pemerintah daerah,” kata Anggoro.

============================================================
============================================================
============================================================