SIDNEY TODAYÂ – Kerja sama penceÂgahan pembiayaan terorisme dan pencucian uang kejahatan yang suÂdah berlangsung antara Indonesia dan Australia akan diperluas ke kaÂwasan Asia Pasifik. Ini merupakan salah satu poin kesepakatan yang dihasilkan dari penyelenggaraan Forum Pemberantasan Pembiayaan Terorisme pertama yang diinisiasi oleh Indonesia dan Australia.
Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK) IndoÂnesia dan Badan Pemberantasan Pencucian Uang dan Pembiayaan Terorisme Australia (AUSTRAC) menÂjadi tuan rumah bersama dari forum regional pertama yang membahas masalah pemberantasan pembiayaan terorisme di Kota Sydney, Australia.
Forum ini bertujuan untuk meÂningkatkan upaya-upaya bersama negara-negara di kawasan Asia Pasifik dalam menelusuri pembiayaan terorÂisme dan hasil kejahatan melalui seÂjumlah saluran keuangan. Kerjasama ini diperlukan untuk menghadapi anÂcaman terorisme dan memerangi keÂjahatan lintas-batas di bagian-bagian kritis kawasan Asia Pasifik.
Selama dua hari forum ini memÂbahas mengenai berbagai aspek dalam upaya kontra terorisme berÂsama negara di kawasan dan juga berbagai isu terkait ISIS. Turut hadir dalam acara ini Menkopolhukam, Jenderal Luhut Pandjaitan, DirekÂtur AUSTRAC, Paul Jevtovic, Kepala PPATK, Muhammad Yusuf, Kepala BNPT, Saud Nasution, Mem dan Duta Besar Kontra Terorisme Negara Persemakmuran, Greg Moriarty.
Salah satu pencapaian utama dari forum ini adalah disepakatinya pemÂbentukan gugus kerja yang bertugas menyusun kerangka kerja regional yang dapat membantu negara-negara peserta berbagi informasi intelegen dan analisa keuangan lebih cepat dan maksimal dalam upaya mendeteksi dan menekan serangan teroris.
Dan untuk mempromosikan kerÂjasama yang lebih erat dan inovasi dalam mencegah pembiayaan terÂorisme, forum ini juga sepakat akan mendirikan proyek kerjsama diantara negara-negara peserta untuk melahirÂkan penilaian resiko pembiayaan terÂorisme regional. Program semacam ini sudah berlangsung antara PPATK Indonesia dengan Austrac – lembaga yang bertanggung jawab melacak dan memberantas pencucian uang dan pembiayaana terorisme di Australia.
Oleh karena itu forum di Sydney sepakat untuk memperluasnya denÂgan melibatkan lebih banyak negara di Asia Pasifik sebagai bentuk upaya menyikapi berkembangnya ancaÂman serangan teroris belakangan ini. Kepala Austrac, Paul Jevtovic mengatakan forum di Sydney ini meÂnyadari upaya bersama di kawasan dalam menghentikan aliran pembiÂayaan bagi kelompok teroris meruÂpakan langkah yang sangat penting dalam mencegah serangan di masa depan. “Mungkin serangan teror terpisah yang baru terjadi pekan lalu di Kota Paris tidak akan terjadi seandainya saja bentuk transaksi pembiayaan untuk kegiatan itu tidak terjadi,†tambah Paul Jevtovic. “Hal itu menyoroti pentingnya kerjasama dengan sektor swasta dan memastiÂkan bahwa kita berhasil mengenali jenis-jenis risiko yang mungkin menÂdahului serangan teroris, “kata JevÂtovic kepada wartawan di Sydney.
“Jika kita benar-benar dapat mengasah secara mendalam kemamÂpuan untuk saling berbagi pengetaÂhuan, maka kemampuan kita untuk menyediakan data intelijen awal tentu akan lebih memudahkan mitra penegak hukum kita untuk melakuÂkan tindakan dan itu adalah kompoÂnen yang sangat penting,†kata dia.
Sementara itu, Duta Besar IndoÂnesia untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema, dalam pidatonya ketika menurut forum ini di Sydney menÂgatakan selama berlangsungnya foÂrum ini, lembaga keamanan inteleÂjen dan kontraterosime Indonesia dan Australia telah melakukan perÂtemuan khusus membahas upaya-upaya merespon ancaman teror oleh ISIS. “Australia dan Indonesia telah sepakat untuk memaksimalkan kerÂjasama diseluruh lembaga dengan serangkaian kerjasama praktis dan teknis untuk memerangi ancaman yang dilakukan oleh ISIS dengan cara yang komprehensif,â€. “Forum ini secara kolektif juga telah menÂgirimkan pesan kuat kepada mereka yang memiliki tujuan melakukan teror dan kekerasan seperti yang diÂlakukan ISIS di Paris, kalau serangan bagi Paris atau negara tetangga kami lainnya adalah sama dengan seranÂgan terhadap kami semua,†tegas Dubes Nadjib Riphat Kesoema.
Forum ini diikuti oleh lebih dari 150 pakar dari 17 negara. Mereka terdiri dari spesialis pemberantasan pendanaan terorisme, penegak huÂkum, perwakilan keamanan nasionÂal, pembuat kebijakan, industri dan akademisi dari negara-negara ASEÂAN dan negara-negara utama lain yang berada di garis depan dalam pemberantasan keuangan terorisme dan ekstrimisme kekerasan, termaÂsuk Amerika Serikat dan Kanada. Ke depan, forum ini akan diselenggaÂrakan setiap tahun sekali dan tahun 2016 akan diselenggarakan di IndoÂnesia.
(Yuska Apitya/net)