WINA, TODAY — Organisasi Negara Pengeskspor Minyak, OPEC, berkomitmen tidak akan menguÂrangi produksi minyak sehingga negara anggota penghasil minyak kecil khawatir harga akan tuÂrun mendekat USD20. Perubahan kebijakan ini hanya bisa terjadi jika negara penghasil minyak di luar OPEC, terutama Rusia, siap bergabung untuk bersama-sama menurunkan produksi. Meski Moskow kemungkinan akan berkonsultasi dengan para menteri OPEC sebelum pertemuan enam bulanan minggu depan, keÂmungkinan negara itu membantu mencegah penurunan harga minyak tetap kecil. “Kecuali negara di luar OPEC mengatakan siap membantu, menurut saya tidak akan ada perubaÂhan,†ujar salah satu delegasi dari negara penghasil minyak dalam jumÂlah besar. “OPEC tidak akan menuÂrunkan produksi minyak secara sepihak,†ujarnya seperti dikutip ReÂuters, Rabu (25/11/2015).
Dalam pertemuan OPEC di Wina Juni, menteri perminyakan Arab Saudi, Ali al-Naimi dan menteri dari negara penghasil minyak besar OPEC lainnya terlihat sangat senang dengan keputusan itu. Mereka menyatakan keputusan bersejarah OPEC untuk meningkatkan produksi minyak dan mempertahankan pangsa pasarnya dari serangan pemasok minyak lain, pada November 2014 sudah memÂbuahkan hasil, karena harga minyak mentah turun mendekati USD64. Enam bulan kemudian, harga turun menjadi USD45, turun dari sekitar USD115 pada pertengahan tahun lalu.
Sejumlah negara anggota bahÂkan telah membicarakan harga minÂyak kembali mencapai USD20, yang terakhir kali terjadi di akhir abad 20. Menurut mereka, hal ini diperkuat dengan keyakinan Iran bahwa sanksi ekonomi akan dicabut akhir tahun ini.
“Iran telah mengumumkan produksi minyaknya akan meningkat pesat begitu sanksi dacbut, dan kita perlu melakukan sesuatu. OPEC tiÂdak bisa terlibat dalam perang harga. Kita harus menstabilkan pasar,†kata Eulogio del Pino, menteri PerminÂyakan Venezuela, Rabu (25/11/2015).
Ketika ditanya seberapa rendah harga minyak pada tahun depan jika OPEC tidak mengubah situasi, dia menjawab: “Pertengahan USD20.’’
Goldman Sach mengatakan harga kemungkinan turun hingga di bawah USD20 karena terlalu banyak pasok minyak global, nilai tukar doÂlar yang kuat dan perlambatan ekoÂnomi China.
Sebagian besar pengamat meraÂgukan sanksi Iran akan dicabut sebeÂlum awal tahun depan, tetapi kapan pun hal ini terjadi produksi minyak Iran pasti akan naik.
Arab Saudi Tertekan
Penurunan harga minyak duÂnia ini sebenarnya sudah mencapai sebagian tujuan OPEC. Organisasi ini telah mendorong permintaan global dan menahan pertumbuhan pasok minyak shale AS yang ongkos produksinya relatif lebih mahal.
Tahun depan, pasokan minyak non-OPEC diperkirakan akan turun untuk pertama kali dalam hampir satu dekade karena negara penghasil yang menghadapi kesulitan ekonomi mengurangi anggaran belanja. TetaÂpi dunia masih memproduksi jumlah minyak yang lebih besar dari pada yang dibutuhkan.
Produksi Rusia kini mencapai jumlah tertinggi, dan pasokan minÂyak global pun terus membengkak. Di sisi finansial, Arab Saudi yang merupakan penentu perubahan keÂbijakan OPEC semakin tertekan.
Badan pemeringkat Standard & Poor memperkirakan defisit angÂgaran negara itu akan naik 16 persen dari PDB tahun ini, sementara pada 2014 defisitnya hanya 1,5 persen. RiÂyadh menggambarkan desifit anggaÂran tahun ini masih bisa diatasi. NaÂmun, Bank Merril Lynch mengatakan pada Senin (23/11), tekanan anggaran ini sangat besar sehingga pemerintah Arab Saudi akan dipaksa mendevaluÂasi mata uangnya yang dipatok terhaÂdap dolar Amerika atau mengurangi produksi minyak.
Langkah pengurangan produksi minyak ini berarti perubahan sikap 180 derajat, yang bisa dipandang banyak pesaingnya sebagai kegagaÂlan strategi.
Riyadh dan negara Teluk kaya lainnya yaitu Qatar, Uni Emirat Arab dan Kuwait, tampaknya akan lebih memilih bersikap terbuka akan opsi lain sembari berharap akan ada damÂpaknya dalam jangka yang lebih panÂjang.
(Yuska Apitya/reuters)