Tidak banyak orang yang mengenal Etyk Nurhayati (35), seorang guru Matematika sekaligus Kepala Sekolah di MTsN Piyungan Bantul ini adalah kepala sekolah termuda di Indonesia. Di balik sikapnya yang ramah dan murah senyum, Etyk rupanya juga menyimpan segudang prestasi. Â Apa saja?
(Yuska Apitya Aji)
PADA 17 Oktober 2015, Etyk menyabet juara 1 guru berprestasi tingkat nasional yang diselenggaraÂkan oleh Kementerian Agama Republik IndoneÂsia. “Saya ikut seleksi guru berprestasi bulan April lalu. Setelah menang ditingkat KabupatÂen, naik ke Provinsi, lalu ke nasional. Di nasional saya juara 1,†katanya di MTsN Piyungan, Bantul, Rabu (25/11/2015).
Prestasi tersebut didapatnya tidak dengan begitu saja. Ada perjuangan yang harus dilakukan oleh Etyk unÂtuk mendapatkan juara itu. Mulai dari portofolio hingga presentasi di hadapan dewan juri. “Saya harus presentasi penelitian yang pernah saya buat. Kebetulan saya banyak sekali penelitian, salah satunya peÂnelitian PTK (Penelitian Tindakan Kelas),†ungkapnya.
Tidak hanya prestasi itu, Etyk juga merupakan kepala sekolah MTsN termuda se-Indonesia. Di usianya yang ke-35, ibu tiga anak ini sudah berhasil menduduki jabatan tertinggi di sekolah. “Tahun ini KeÂmenag membuat assesment untuk kepala sekolah. Saya kemudian ikut di assesment itu. Dari 40-an peserÂta, empat orang saja yang terjaring. Termasuk saya. Akhirnya jadi kepala sekolah di sini,†tambahnya.
Selama karirnya menjadi guru sejak tahun 2005, Etyk banyak melÂakukan perubahan di sekolah temÂpatnya mengajar. Dia bahkan meÂnyediakan waktu setiap hari Selasa dan Minggu untuk memberikan les Matematika secara gratis di rumahnÂya. “Selasa itu untuk tetangga yang usia SD-SMP, boleh datang bawa PR matematika, kadang malah ada PR pelajaran lainnya. Kalau Minggu, murid-murid di sini. Itu kemauanÂnya mereka sendiri,†ungkapnya.
Salah satu kunci sukses Etyk menjadi guru adalah mengajar sepeÂnuh hati. Sebab menurutnya, jika mengajar tidak menggunakan hati, maka siswa sulit untuk bisa memaÂhami. “Kalau pakai hati maka masuk hati, tapi kalau mengajar pakai liÂdah, jangankan pikiran, telinga saja kadang tidak mau mendengar. IntinÂya guru harus menyenangkan dulu, siswa akan muda menerima pelajaÂran,†katanya.
Walau menjabat kepala seÂkolah, Etyk tidak berhenti mengajar matematika untuk siswanya. Mata pelajaran yang dianggap sebagai momok bagi banyak siswa dibuatnya lebih menyenangkan agar mereka mudah memahami materi. Ia juga membuka pintu rumahnya setiap hari Minggu bagi siswa yang belum memahami pelajaran itu secara graÂtis. “Bagi siswa yang kurang paham bisa datang ke rumah. Setiap MinÂggu, ada kelas gratis bagi 16 siswa,†ungkapnya.
Wisudawan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) terbaik 2012 itu mengaku senang mengajar sejak kecil. Hampir seluruh keluarganya adalah pendidik. Tidak mengheranÂkan, jika sejak kecil ia terbiasa diliÂbatkan mengajar mulai dari Taman Kanak-Kanak sampai Taman PenÂdidikan Alquran. “Keluarga guru. Kakak saya guru. Di rumah kan (dibuka) taman kanak-kanak. Jadi kalau ibu enggak ngajar, saya yang ngajar. Senang mengajar seperti TPA sampai sekarang,†tandasnya.