BOGOR, TODAY – Kebakaran hutan di Pulau Sumatera dan Kalimantan medio Agustus hingga Oktober lalu membuat Indonesia menuai banyak kritik dari dunia interna­sional, bahkan Indonesia disebut sebagai negara pengekspor asap.

Sejumlah pihak pun menuding penyebab bencana asap ini lan­taran aktivitas pembakaran yang dilakukan secara massif oleh para pemegang konsesi perkebunan kelapa sawit.

Menurut Ketua Himpunan Masyarakat Gambut Indonesia (HMGI), Supiandi Sabiham, pe­nyebab kabut asap bukan hanya akibat pembakaran lahan gambut.

“Dari hasil penelitian kami, dari total 2 juta hektare areal hutan yang terbakar, lahan gam­butnya hanya sekitar 600 ribu hektare, tapi semua pihak men­yalahkan pemilik konsesi yang melakukan penanaman kelapa sawit di atas lahan gambut yang melakukan pembakaran,” jelasnya di Kampus IPB Dramaga, Jumat (27/11/2015).

BACA JUGA :  Ravindra Titip Ribuan Bibit Pohon Ke Peserta Upacara Hardiknas di Sukajaya

Mantan Dekan Fakultas Perta­nian IPB ini menambahkan, lahan gambut bisa memberi manfaat besar untuk masyarakat. Tentu dengan didasari prinsip keseim­bangan antara budidaya dengan konservasi lahan.

“Nah jika dua prinsip ini di­pegang teguh, gambut menghasil­kan devisa yang tak sedikit bagi ne­gara.Salah satu contohnya Malaysia, karena dikelola dengan benar, dis­ana, gambut tak pernah menimbul­kan bencana,” ungkapnya.

Lahan gambut Indonesia, kata dia, luasnya mencapai 15 juta hek­tar dan 50 persennya berada di Pulau Sumatera.

“Lahan gambut ini tak hanya cocok untuk perkebunan kelapa sawit, tapi juga untuk tanaman pangan,” katanya.

Namun, lanjutnya, butuh ke­sabaran untuk mengolahnya. “Ini telah dibuktikan di salah satu ka­bupatrn di Kalimantan yang seka­rang menjadi penghasil padi ter­besar,” ungkapnya.

Sementara Edi Husen, dari Badan Penelitian dan Pengemban­gan (Balitbang) Kementerian Per­tanian mengatakan, sejak 2011 atau sebelum adanya moratorium pelarangan perluasan perkebunan kelapa sawit di areal lahan gambut yang diatur dalam Inpres Nomor 08 tahun 2015, para pemegang konsesi tak lagi merambah lahan gambut untuk memperluas areal perkebunannya.

BACA JUGA :  Lepas Khafilah Kabupaten Bogor Ikuti MTQ Tingkat Jabar, Pj. Bupati Bogor Ingin Para Khafilah Mampu Bumikan Al-Quran di Bumi Tegar Beriman 

“Jadi, sentimen negatif seo­lah-olah pemegang konsesi yang menjadi penyebab kabut asap tidak semuanya benar dan itu per­lu diluruskan,” tegasnya.

Akademisi Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Abdul Hadi mengemukakan hal serupa. Menurutnya, ada dua strategi untuk mengatasi kebakaran lahan gambut.

Abdul Hadi, akademisi Uni­versitas Lambung Mangkurat, Banjarmasih, mengatakan ada dua strategi untuk mengatasi ke­bakaran lahan gambut saat musim kemarau tiba, yakni dengan meng­gunakan riset dan non riset.

(Hendy/Rishad Noviansyah)

============================================================
============================================================
============================================================