JAKARTA TODAYÂ – Pertamina melakuÂkan pembenahan kontrak-kontrak pembelian atau impor bahan bakar minyak (BBM) dan elpiji jangka panÂjang. Banyak dari kontrak tersebut nilainya terlalu mahal, karena ada ketÂerlibatan middle man alias makelar.
Direktur Pemasaran Pertamina, AhÂmad Bambang, menegaskan, dengan pembenahan kontrak tersebut, PerÂtamina dapat menghemat triliunan ruÂpiah per tahun. “Kami banyak melakuÂkan pembenahan kontrak kerja sama. kita membuang middle man, membeÂnahi kontrak-kontrak lama yang pakai penguasa,†kata Bambang.
Bambang mencontohkan, dua konÂtrak yang nilainya terlalu mahal, kareÂna keterlibatan makelar dan ada interÂvensi penguasa. Pertama, Oil Tangking Merak (OTM). Bambang mengatakan, kontrak dengan OTM ini sedang diusut oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). “OTM itu aslinya Oil Tangking Merak, milik Oil Tangking GmbH peÂrusahaan asal Jerman. Lalu dibeli oleh pengusaha berinisial MR dan anaknya, lalu diubah menjadi Orbit Terminal Merak (OTM). Nilai kontraknya terlalu besar,†jelasnya.
Kedua, terkait impor elpiji dari Timur Tengah yang dari segi biaya anÂgkut saja mencapai US$ 65 per metrik ton (MT). Menurut Bambang, biaya tersebut sangat mahal. “Itu angkutan elpiji impor dari Timur Tengah biaya per MT US$ 65, saya ancam akan amÂbil sendiri, kalau nggak punya tanker, sewa saja,†ungkap Bambang.
Bambang mengatakan, akhirnya pihaknya lebih memilih untuk menÂgambil sendiri elpiji dari Timur TenÂgah, dengan menanggung biaya angÂkut sendiri. Setelah dihitung, ternyata keputusan tersebut dapat menekan biaya angkut elpiji, dari sebelumnya kalau diterima di Indonesia biayanya US$ 65/MT, sedangkan dengan diamÂbil sendiri ke Timur Tengah biayanya hanya US$ 30/MT. “Hemat US$ 35/MT. Coba kalikan impor Elpiji kita setahun 4,2 juta ton, hemat berapa? US$ 147 juta (setara Rp 2 triliun dengan kurs Rp 13.700),†ungkap Bambang.
Ketika ditegaskan kembali, apakah kedua contoh kontrak yang nilainya terlalu mahal tersebut menggunakan middle man (makelar) dan invervensi pengusaha? “Betul. Makanya sehaÂbis OTM masih akan banyak muncul berita-berita heboh lainnya, dan nanti pasti makin banyak serangan ke PerÂtamina, tapi biar sajalah. Kontrak itu kemahalan akibat middle man dan ketÂerlibatan penguasa,†tegasnya.
(Yuska Apitya/dtk)