-1x-1BOS perusahaan penerbangan Lion Group yang kini menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), Rusdi Kirana, tercatat sebagai orang terkaya ke-29 di Indonesia saat usainya mengin­jak 51 tahun. Oleh Forbes di tahun 2013, kekayaan bersihnya ditaksir mencapai 1 miliar dolar Amerika. Rusdi lahir dari keluarga yang biasa-biasa saja. Ia bahkan masih ingat rasanya pergi ke sekolah dengan perut keroncongan. Seperti apa kisahnya?

Oleh : Latifa Fitria
[email protected]

Saat Lion Air pertama kali muncul di ta­hun 2000, istilah penerbangan bertarif rendah (low-cost carrier) masih asing di telinga orang Indonesia. Waktu itu, yang biasa naik pesawat hanyalah kaum berduit. Ma­syarakat menengah ke bawah akan mengandal­kan bus dan kereta jika harus pergi ke kota lain. Maklum, harga tiket pesawat masih selangit.

Rusdi dan kakaknya Kusnan Kirana pun menyadari bahwa ada peluang bisnis yang men­janjikan disini. Mereka tahu bawa masyarakat Indonesia merindukan penerbangan bertarif rendah, tapi hingga kini tak ada yang menye­diakannya di pasar. Dengan Lion Air, Rusdi dan Kusnan pun berusaha menyediakannya.

Hasilnya? Perkembangan bisnis yang luar bi­asa. Hanya dalam waktu lima tahun, Lion berha­sil menjadi maskapai terlaris kedua di Indonesia setelah Garuda. Di tahun 2013, Lion Air menjadi maskapai penerbangan nomor satu dalam segi jumlah penumpang yang diangkut.

Sewaktu mendirikan Lion, Rusdi sebena­rnya belum pernah punya pengalaman di bisnis maskapai penerbangan. Selama 13 tahun, beliau hanya mengelola perusahaanticketing bernama Lion Group bersama kakaknya.

Tapi, pengalaman minim tak membuat Rusdi gentar. Ia tetap yakin bahwa ada peluang menjanjikan di bidang maskapai penerbangan. Dan benarlah keyakinannya itu.

BACA JUGA :  Komisi IV DPRD Kota Bogor dan Disdik Rumuskan Kebijakan Baru Soal PPDB

Berawal dari sebiji Boeing 737-200 sewaan di tahun 2000, Lion Air mampu memborong 234 pesawat Airbus dari Prancis seharga US$ 24 miliar dan 230 pesawat Boeing dari Amerika se­harga US$ 22.4 miliar di tahun 2013 lalu. Penek­enan kontrak Lion ini bahkan disaksikan lang­sung oleh Presiden Prancis Francois Hollande dan Presiden AS Barack Obama.

Banyak yang bilang bahwa Rusdi tidak ter­lihat seperti seorang miliarder. Memang, Rusdi tetap setia pada gaya hidup sederhana. Misal­nya, beliau hanya mau naik penerbangan kelas ekonomi. “Hal itu kadang membuat partner bis­nis saya gelisah,” akunya sambil tertawa.

Sewaktu ditanya apa kesannya akan Paris oleh harian internasional Reuters, Rusdi juga hanya menjawab: “Saya senang disini. Tapi saya lebih tertarik di Indonesia membangun perumahan untuk staf saya dan keluarga mer­eka.”

Seperti yang telah disinggung di atas, Rusdi tidak terlahir dari keluarga kaya. Bahkan, cin­tanya pernah ditolak seorang gadis saat remaja dulu gara-gara dia tidak punya sepatu Puma. “Sekarang saya masih cari dia,” canda Rusdi. “Mau saya kirimkan sepatu Puma satu truk.”

Rusdi juga merintis karirnya sebagai sales mesin tik merk Brothers asal Amerika. Hon­ornya per bulan USD10 atau Rp. 95.000 kalau dikonversikan dengan nilai kurs rata-rata seka­rang. Jalan hidup tak akan melulu nyaman. Jus­tru kesulitan di awal akan membuat kita tahan banting akan kerasnya masa depan.

Lion Air punya citra sebagai maskapai yang sering ngaret. Bahkan, perusahaan penerban­gan itu beberapa kali divonis bersalah di penga­dilan atas gugatan yang diajukan para penump­angnya. Menyikapi hal itu, Rusdi pun berusaha meningkatkan layanan maskapainya. “Kami bu­kan hanya menawarkan harga yang terjangkau pada penumpang kami, tapi juga perjalanan udara yang aman, menyenangkan, dapat dian­dalkan dan nyaman.”

BACA JUGA :  Ruang Baca dan Auditorium di Perpustakaan Kota Bogor Gunakan Nama Tokoh

Namun ia juga tahu satu hal yang mem­buat para penumpang tak bisa berpaling dari Lion. Satu hal itu adalah tiket yang mu­rah. Itulah kenapa Rusdi dan anak buahnya berusaha agar harga tiket Lion Air tetap bisa ditekan, bahkan untuk rute populer di saat musim liburan.

Rusdi Kirana mundur dari posisinya se­bagai direktur utama Lion Air sejak Maret 2014 lalu. Beliau digantikan Rudy Lum­ingkewas, yang sebelumnya menjabat sebagai General Manager Lion Air bidang sales dan marketing. Itu dilakukan agar Rusdi bisa membagi waktunya secara lebih merata untuk mengawasi mas­kapai-maskapai penerbangan lain yang berada di bawah Lion Group, seperti Batik Air dan Wings.

Selain itu, pengunduran diri Rusdi juga dimaksudkan untuk mencegah ketergantungan perusahaan pada figur tunggal pemimpinnya. Dalam dunia bisnis, ketergantungan ini bisa dise­but juga “key man risk”. Sekarang Rusdi juga merambah ranah politik dengan menjadi wakil ketua umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pimpinan Muhaimin Iskandar. “Pen­gusaha juga perlu berpikir untuk me­majukan bangsa. Sedangkan politik, partai politik bersama rakyat, adalah salah satu caranya.” Kini, Rusdi Kirana merupakan salah satu anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) Joko Widodo sejak Januari 2015. (NET)

============================================================
============================================================
============================================================