Menurut Dedi, dia sering berhubunÂgan dengan mantan Wakil Ketua MPR/ DPR tersebut ketika keduanya masih aktif menjadi pengurus Golkar. “Saya sebagai Ketua DPD Partai Golkar Purwakarta, beÂliau pengurus teras di DPP Partai Golkar pusat,†kata Dedi.
Sementara, Ketua Umum Partai GolonÂgan Karya, Aburizal Bakrie, menyebut Slamet Effendy Yusuf sebagai seorang PanÂcasilais sejati. Wakil Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini dinilai Ical— panggilan Aburizal Bakrie—sebagai seseÂorang yang sangat memahami wawasan keÂbangsaan sehingga ia berkali-kali ikut andil dalam amandemen batang tubuh Undang-undang 1945. “Dia itu (Slamet Effendy YuÂsuf) sangat ngelotok kalau ngomongin soal Undang-undang,†ujar Ical di rumah duka di Citra Grand Blok H No. 4, Castle Garden, Cibubur, Bogor, Kamis (3/12/2015).
Lebih jauh, menurut Ical, sebagai mantan kader partai yang dipimpinnya, Slamet juga sangat loyal dan berkomitÂmen terhadap garis perjuangan partai. “Beliau pernah menjadi bagian dari kami, dan dedikasinya juga sangat besar untuk kami,†tuturnya.
Riwayat Sakit Jantung
Menantu almarhum Slamet Effendy Yusuf, Anggun, mengatakan jauh sebeÂlum meninggal, mertuanya berpesan agar cucunya dididik di pesantren. “BeÂliau berwasiat agar cucu-cucunya dipeÂsantrenkan,†kata Anggun di rumah duka, Kamis (3/12/2015).
Tidak hanya itu, istri dari Syarif HidayÂatullah Zaki, anak kedua Slamet, itu menÂgatakan, sebelum meninggal almarhum juga berpesan agar dikebumikan di komÂpleks pondok pesantren milik keluarganÂya di Purwokerto. “Beliau ingin dikuburÂkan di pesantren biar banyak didoain dan diziarahin sama santri,†ucapnya.
Anggun juga mengatakan, mertuanya meninggal akibat serangan jantung. Ia menuturkan Slamet sudah lama punya penyakit jantung. “Bapak sakit jantung sudah dari dulu, bahkan sudah dipasang ring jantung,†katanya.
Anggun menceritakan, sebelum tuÂtup usia, Slamet sempat berbincang-binÂcang bersama teman-temannya sehabis agenda pengkajian di Bandung. Namun, karena lelah, Slamet mengatakan kepada sopirnya bahwa dia hendak istirahat. “SuÂdah masuk kamar dan kunci pintu. Setelah ditunggu cukup lama oleh sopirnya, cuma enggak turun-turun, akhirnya sopir menyÂusul ke atas, tapi pintunya dikunci. KemuÂdian sopir turun ke bawah bilang ke reseÂpsionis hotel untuk minta kunci, dan pas dibuka almarhum dalam keadaan seperti tertidur, sudah meninggal,†tuturnya.
Tidak hanya itu, Anggun menuturkan, Slamet juga memiliki riwayat penyakit asma. Bahkan, dua hari sebelum berangÂkat ke Bandung, dia meminta diobati terÂlebih dulu. “Sebelum ke Bandung, kakak liÂhat Bapak sempat pegang dada,†ucapnya.
Meski begitu, ia menuturkan, Slamet tetap berkukuh pergi ke Bandung. “Bapak selalu bilang, ini kan sudah menjadi kewaÂjiban,†tandasnya.