mahasiswa-ipb-(2)BOGOR, TODAY — Institut Pertani­an Bogor (IPB) menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) atas pe­nyakit Hepatitis A yang menyerang puluhan mahasiswanya. Hingga Kamis (10/12/2015), total korban bertambah menjadi 28 mahasiswa, atau naik 11 orang dari jumlah se­belumnya yang hanya 17 orang.

IPB menyiapkan beberapa langkah agar Hepatitis tidak me­nyebar lebih luas, khususnya di lingkungan kampus. Penyebaran Hepatitis belum dapat dinyatakan sebagai wabah, karena jumlah penderitanya tidak meningkat se­cara nyata dibandingkan populasi kampus yang memiliki sekitar 24 ribu mahasiswa ini.

Direktur Kemahasiswaan IPB, Sugeng Santoso mengatakan peris­tiwa ini baru pertama kali terjadi. Selain membentuk kelompok kerja, IPB juga berkoordinasi dengan Di­nas Kesehatan Kota dan Kabupaten Bogor. “Kami sudah menyiapkan langkah-langkah untuk mengatasi persoalan ini,” tuturnya.

Dalam waktu dekat, IPB akan mensosialisasikan beberapa hal yang perlu diperhatikan maha­siswa agar tidak terkena Hepa­titis. Antara lain berkenaan dengan kecukupan konsumsi gizi, keamanan pangan, juga terkait sanitasi lingkungan.

IPB juga akan memeriksa dan mensosialisasi penyedi­aan pangan higienis terhadap pengelola kantin, baik di dalam maupun di luar atau di dekat area kampus. Bersama maha­siswa, IPB juga akan menggelar aksi bersih kampus dalam waktu dekat. “Hingga hari ini, jum­lah suspect (terduga) terjangkit hepatitis 28 mahasiswa. 23 masih dalam perawatan dan lima lain­nya sudah pulang,” katanya.

BACA JUGA :  Menu Makan Malam dengan Spageti Udang yang Praktis dan Mengenyangkan

Sedangkan almarhum Senna Hutapea, mahasiswi Fakultas Kehutanan dilaporkan telah me­ninggal dunia di Medan tiga hari yang lalu, Sugeng menjelaskan, jika puluhan mahasiswa yang terjangkit hepatitis tinggal kos di sekitar kampus dan hanya satu yang terjangkit tinggal di asrama.

Ia belum bisa memastikan cara penyebaran dan tertularnya penyakit tersebut. Namun, kata Sugeng, besar kemungkinan jika para mahasiwa terinveksi virus hepatitis disebabkan makanan dan santitasi tempat mahasiswa beraktivitas.

Ke depan, ujar Sugeng, IPB segera melakukan pendamp­ingan kepada mahasiswa yang masih dirawat. Selain itu, IPB berkerja sama dengan Dinas Ke­sehatan malakukan penyisiran lokasi yang diduga sumber pe­nyakit dan melakukan sosialisasi cara hidup sehat bagi maha­siswa. “Ini merupakan kejadian luar biasa dan kami akan melaku­kan tindakan pencegahan hingga memeriksa sumber makanan mahasiswa baik yang berada di lingkungan kampus dan di luar kampus,” tambahnya.

Menindaklanjuti kasus ini, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabu­paten Bogor memeriksa tujuh gedung asrama mahasiswa IPB yang berlokasi di dalam lingkun­gan Kampus IPB Dramaga, Kamis 10 Desember 2015. Pemeriksaan tersebut terkait dengan penyakit hepatitis yang menyerang bela­san mahasiswa IPB.

“Dari puluhan gedung, baru tujuh gedung asrama mahasiswa yang kami periksa,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pember­antasan Penyakit dan Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Kusnadi, Ka­mis (10/12/2015). “Pemerik­saan ini dilakukan setelah kami mendapatkan laporan tetntang banyaknya mahasiswa yang men­derita hepatitis,” sambungnya.

BACA JUGA :  PENTINGNYA SERAGAM SEKOLAH UNTUK KEBERSAMAAN

Berdasarkan pemeriksaan tersebut, kata Kusnadi, ada 32 mahasiswa yang tinggal di asra­ma. “Sembilan diantaranya terke­na hepatitis A, sedangkan sisanya mengidap campak dan penyakit lain,” kata dia.

Menurut Kusnadi, virus hepa­titis bisa menjangkit disebabkan bakteri dan virus yang muncul akibat lingkungan tidak bersih dan pola makan yang kurang se­hat. “Untuk itu kami mengim­bau agar masyarakat juga warga kampus IPB melakukan upaya pencegahan yang bisa dilakukan dengan cara menerapkan pola hidup bersih dan sehat,” kata dia.

“Gejalanya memang kuat. Tapi sebenarnya bisa sembuh sendiri asalkan makan makanan yang sehat dan higienis. Nah, kalau yang meninggal dunia, di­yakini memiliki penyakit lain. Bukan karena Hepatitis A,” kata Kusnadi.

Gejala hepatitis, kata dia, bi­asanya berakhir dalam delapan minggu, meliputi mual, muntah, mencret, kulit dan mata mengun­ing, kencing berwarna cokelat, demam, dan nyeri abdomen.

“Karena itu, jangan BABS sembarangan. BAB harus di toi­let, jangan kencing di mana saja. Itu akan jadi penular,” ujar dia.

(Rishad Noviansyah|Yuska Apitya)

============================================================
============================================================
============================================================