Untitled-2Bersama N. Syamsuddin Ch. Haesy

SAMBIL berjalan dari satu blok pabrik ke pabrik lain, saya berbincang panjang dengan Mateo Torre – communication officer Ferrari yang mendampingi. Usai berkunjung ke unit perakitan, saya melihat pekerja yang bekerja dengan gembira dan bersukacita. Saya terpesona dengan kantin un­tuk para pekerja.

“Bagaimana Ferrari menem­patkan pekerja?” tanya saya.

“Sukacita pekerja adalah kun­ci sukses bisnis Ferrari,” jawab Torre.

Torre menjelaskan, seluruh bangunan tempat pekerja makan siang dan rehat, didesain khas untuk memberi rasa nyaman dan mendorong kreativitas. Bangu­nan kantin, misalnya, dirancang oleh arsitek beken Itali, Marco Visconti. Visconti mendesain den­gan mempertimbangkan presisi geometris sehingga menjadi ‘pe­nyegar’ bangunan sekitarnya.

Bangunan beratap baja ber­gelombang, itu didesain untuk ke­nyamanan pekerja pada jam isti­rahat dan makan siang. “Di kantin itulah, para pekerja bertemu dan berkomunikasi. Termasuk bicara dan diskusi tentang aspirasi mer­eka untuk meningkatkan pendapa­tan perusahaan dan kesejahteraanmereka,” lanjut Torre.

Kantin pekerja dilengkapi taman gantung. Di lantai satu, menghadap Viale Enzo Ferrari, tersedia ruang rehat pekerja sebelum bekerja kem­bali.

Di pabrik yang dibangun sejak 1940, itu 3.000 pekerja bekerja penuh gairah. 45 bangunan di areal seluas 250 ribu meter persegi, itu menjadi tempat pekerja mengem­bangkan seluruh daya kreatif dan inovasi mereka.

BACA JUGA :  Lauk Sarapan Simple dengan Omelet Ayam dan Sayuran untuk Anak

“Di pabrik ini, gairah berinovasi berkembang di seluruh bagian, mu­lai dari teknologi sampai art. Pe­mimpin kami, Luca di Montezemolo konsisten dengan prinsipnya: sukaci­ta pekerja adalah kunci sukses utama Ferrari,” ungkap Mateo.

Luca – yang sangat tegas itu — percaya, sukacita pekerja meru­pakan daya luar biasa bagi kema­juan bisnis perusahaan. Bagi Luca, pekerja yang bekerja profesional, disiplin dan bersukacita menin­gkatkan pendapatan perusahaan berkali lipat dari kos produksinya. Inilah efisiensi. Sikap Luca, mem­buat Ferrari berjingkrak lagi, dan kian mandiri, setelah Fiat dan Maserati melepas sahamnya.

Ketika Luca masuk (2008), kondisi Ferrari sedang lesu. Kala itu, beberapa engineer terbaik: Ro­molo Tavoni, Carlo Chiti, dan Mauro Forghieri keluar. Pemutusan hubun­gan kerja (PHK), telah menyebabkan kinerja bisnis perusahaan merosot selama beberapa tahun. Kala itu, Jag­uar ‘melibas’ Ferrari. “Saat itu, para manajer berputus asa dan tidak bisa berbuat banyak,” jelas Torre.

BACA JUGA :  Resep Membuat Semur Daging Betawi yang Enak Anti Gagal

Luca memanggil kembali chief engineer Carlo Chiti dengan be­berapa engineer yang di-PHK. Lalu, menugaskan Chiti membentuk tim dan menyelesaikan pengembangan produk model 250 GTO.

“Sekarang, lihatlah, bagaimana gairah dan sukacita pekerja,” ujar Torre, saat berkeliling di ruang restorasi mobil kuno Ferrari.

Luca dan Piero Enzo, wakilnya, menggenjot kembali kinerja perusa­haan. Ferrari pun berhasil melewati masa krisis. Akhirnya, Ferrari ber­hasil memenuhi permintaan pasar, dengan deliveri tepat waktu, tak kurang dari 7.318 unit supercar ke ja­ringan dealer.

Sejak 2011 sampai 2015, keuntun­gan Ferrari terus meningkat. “Untuk meningkatkan produksi dan kinerja bisnis perusahaan, pekerja bersedia bekerja siang dan malam, dan lem­bur di akhir pekan,” ungkap Mateo.

Bagi Sergio Pininfarina, langkah Luca, sungguh luar biasa. CEO Fer­rari, itu turun langsung ke unit-unit kerja dan berkomunikasi dengan pekerja. Luca sering mengutip uca­pan pendiri perusahaan, Enzo Fer­rari, “Saya pemimpin, peran saya adalah membangkitkan amarah pekerja untuk menang dalam kom­petisi.” Tentang tugas utamanya sebagai CEO, Luca mengatakan: “Menciptakan kondisi terbaik, agar pekerja memberikan hasil karya terbaik.

============================================================
============================================================
============================================================