Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2015 diproyeksi hanya sekitar 4,7%, atau lebih rendah dari asumsi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2015 sebesar 5,7%. Sementara tahun depan target yang dipatok adalah 5,3%.
Oleh : Alfian Mujani
[email protected]
Menko Perekonomian DarÂmin Nasution menjelaskan, memang posisi Indonesia sekarang tidak terlalu bagus. Di samping kondisi global yang tidak menduÂkung, pekerjaan rumah di dalam negeri juga belum terseleÂsaikan sepenuhnya.
“Tahun ini di kuartal terakhir pertumbuhan ekonomi juga tidak akan teralu bagus,†kata Darmin dalam bincang-bincang di Hotel AryÂaduta, Tanggerang, Kamis malam (17/12/2015).
Pada kuartal-IV, ada kecenderunÂgan tingginya belanja pemerintah. Namun, ternyata tidak mampu menopang ekonomi lebih besar. SeÂmentara dari sisi investasi dan konÂsumsi rumah tangga juga terlihat datar dan ekspor justru masih terus menurun.
Diproyeksikan ekonomi hanya mampu tumbuh sekitar 4,8% pada kuartal-IV. Sedangkan dalam hitunÂgan tahunan, pertumbuhan ekonomi sekitar 4,7%.
“Tentu kuartal-IV berharap bisa lebih sedkit. Tapi tidak akan bisa mencapai 5%. Mungkin di angka 4,8-4,9%. Sehingga sepanjang tahun mungkin 4,7% lebih sedikit,†terangÂnya.
Bagaimana dengan perekonomian tahun depan? Darmin masih menaÂruh optimisme target tersebut akan tercapai. Meksipun pemerintah harus berjuang lebih keras. Terutama dalam penyerapan belanja negara, menÂarik investasi asing, dan mendorong ekspor agar tumbuh lebih tinggi.
“Tahun depan APBN menggarÂiskan 5,3%. Itu hanya bisa kalau inÂvestasinya berjalan, kalau ekspor bagus mungkin 5,3% bisa tercapai,†ujar mantan Gubernur Bank IndoneÂsia tersebut.
Ekspor memang perlu mendapatÂkan perhatian lebih, sebab komodiÂtas yang menjadi andalan ekspor seÂlama ini tertekan harga yang rendah. Menurut Darmin, yang berpeluang membaik di tahun depan hanyalah nikel. Sedangkan tembaga, batubara dna lainnya belum ada tanda-tanda perbaikan.
“Ekpornya gimana? Kalau tidak berkembang juga kita tentu akan reÂpot dibuatnya,†imbuhnya.
Dari sisi produk manufaktur, tiÂdak banyak yang bisa dijadikan andaÂlan ekspor. Di antaranya adalah alas kaki, perhiasan dan alat angkutan. Produk tersebut juga sangat berganÂtung dari kondisi perekonomian negÂara yang dituju. “Itu menunjukkan industri manuaftur kita tidak cukup sulit dan itu agak ketingaalan dalam 10-15 tahun terakhir,†tegas Darmin.
Berbagai langkah sudah dilakukan pemerintah dalam paket kebijakan ekonomi. Seperti optimalisasi pemÂbiayaan ekspor untuk perusahaan dalam negeri. Meskipun seharusnya harus didorong lagi dengan promosi produk ke berbagai belahan dunia.
“Promosi dalam bentuk harus ada lembaga yang sifatnya nasional unÂtuk mendorong apa yang kita punyai untuk diekspor. Kalau itu hasil kayu mebel, mungkin tekstil yang samÂpai sekarang tidak bisa berkembang eksprnya dengan baik, bisa berkemÂbang. Jadi ini adalah langkah yang akan dikembangkan tahun depan,†paparnya.