Nama Bahrun Naim disebut-sebut Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Tito Karnavian, menjadi dalang peledakan bom di kaÂwasan Sarinah, Jakarta Pusat, kemarin pagi. Tak banyak yang tahu sosok Bahrun Naim. Berikut data dan rekam jejaknya.
Oleh :Â Yuska Apitya Aji
BAHRUN pernah ditangkap Detasemen Khusus 88 Polri menÂjelang kedatangan Presiden AmeriÂka Serikat Barack Obama ke IndoÂnesia pada 2010. Pria asal Solo ini dituduh terkait aksi terorisme dan kepemilikan amunisi secara ilegal.
Bahrun, yang kini diduga beraÂda di Suriah, pernah menyerukan untuk meniru serangan militan di Paris, yang menewaskan 130 orang pada 13 November 2015.
Dengan judul “Pelajaran dari SeranÂgan Paris†yang dipublikasikan pada 15 November—hanya terpaut dua hari dari tragedi Paris, di blognÂya, Bahrun mengatakan bahwa serangan itu “menakjubkanâ€.
Alasannya, menurut dia, serangan itu dilakukan oleh peÂmuda terbaik yang berusia 15 hingga 18 tahun, dilancarkan di jantung “pusat salibis†dunia, dan dilanÂcarkan dalam waktu singkat dengan jumÂlah korban besar.
Bahrun mengatakan bahwa serangan Paris inspiratif. “Pertama, dari sisi korban jiwa yang cukup besar. Kedua, dari sisi perencanaan yang matang baik dari sisi target, timing, hingga akhir misi (end of action) yang berani,†tulisnya.
Ia juga mengatakan, serangan Paris hanya mampu dilakukan oleh “pasukan inghimasiyyin (sebutan bagi militan berani mati) yang akan meledakkan dirinya bila hendak tertangkap dan terkepung.â€
Faktor lainnya, lanjut Bahrun, adalah karena “perhitungan efek yang menjadi bola salju†dengan banyaknya pemerintah yang merespons serangan itu sebagai anÂcaman di wilayahnya.
Ia juga memuji sel militan di negara “salibisâ€â€”sebutannya bagi negara berÂpenduduk mayoritas Kristen—sangat solid. “Mereka hanya taat dan patuh terÂhadap perintah yang datang dari Daulah Islam [ISIS], bukan taat dan patuh terhaÂdap perintah yang datang dari yang lain,†tulisnya.
Bahrun mengatakan, ketika akan melÂancarkan serangan, militan Paris melakuÂkan banyak kamuflase, seperti mengubah penampilan, komunitas, bahkan untuk mencapai tujuan, para militan di negara Barat bahkan tidak mengakses media soÂsial dan internet.
Strategi pelaku serangan Paris, lebih lanjut menurut Bahrun, adalah dengan mengacaukan skema lingkaran yang biÂasanya diketahui secara umum oleh otoÂritas Barat.
Biasanya menurut Bahrun, lingkaran pertama pelaku adalah keluarga, teman; lingkaran kedua adalah teman dari teman, murid dari guru, teman satu organisasi; dan lingkaran ketiga adalah orang-orang yang dikenal atau orang yang mengenalnya.
Namun dalam serangan Perancis skema ini tidak berlaku, sehingga otoritas Barat hingga kini kesulitan melacak siapa saja yang masih hidup terkait serangan tersebut.
Di dalam blog-nya, Bahrun Naim mengklaim sebagai analis, strategi, dan kontra intelijen. Dalam posting lain di blog-nya, Bahrun menjelaskan bagaimaÂna cara membuat detonator TATP yang menurutnya mudah dibuat sebab materÂinya mudah diperoleh karena dijual bebas di toko-toko kimia.
Nama Bahrun kembali disebut oleh Kepala Kepolisian Daerah Metro DKI JakarÂta Inspektur Jenderal Tito Karnavian sebÂagai satu nama yang diyakini sebagai otak dari serangan mematikan bom Thamrin.Bahrun Naim sebenarnya bukan nama baru di jadag teror. Bahrun juga sempat tercatat bergabung dengan Jamaah AnÂshorut Tauhid. Itu terjadi sekitar SeptemÂber 2008.
Namun ada yang lain dengan sosok kelahiran Pekalongan, 6 September 1983 ini. Sebab beragam informasi menyebutÂkan ia adalah bagian dari jaringan atau terafiliasi dengan Abdullah Sunata, lelaki kelahiran Jakarta yang ditangkap DetaseÂmen Khusus 88 di Klaten Jawa Tengah, 2011. Saat itu dia diduga ikut mnyemÂbunyikan buronan Noordin M Top serta terlibat dalam beberapa aktivitas teror.Sumber lain mengatakan, Bahrun Naim berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS pada 2014. Awalnya ia berÂgabung dalam sebuah kelompok penduÂkung ISIS di Solo.
Bahrun memiliki nama lengkap MuÂhammad Bahrun Naim Anggih Tamtomo. Dalam kelompoknya dulu, menurut sumÂber CNNIndonesia.com, ia memiliki nama panggilan Nai’m atau Abu Rayyan atau Abu Aisyah.
Orang yang diduga kepolisian sebÂagai pengendali aksi teror di kawasan MH Thamrin ini adalah lulusan Teknik InforÂmatika Universitas Negeri Solo (UNS). Ia juga tercatat pernah bekerja di sebuah warung internet sebagai teknisi komputer.