BOGOR, Today – PengeÂlola Kampung Budaya Ramah Anak, Desa Kuta, Megemendung mulai memetik hasil jerih payahnya selama ini yang tak kenal lelah mengajarkan anak-anak desa mengenali dan memahami seni budaya tradisional Sunda.
Bocah-bocah yang sebelumnya tiÂdak mengerti apa itu seni Sunda, kini merÂek mulai mahir menÂari dan memainkan sejumlah alat musik tradisional Bumi PaÂsundan.
“Yang dilakuÂkan teman-teman pengasuh dan penÂgelola Kampung Budaya Ramah Anak ini layak dijaÂdikan contoh oleh daerah lainnya,†kata Direktur Promosi Wisata Dalam Negeri, Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata, Kementerian PariÂwisata RI, Tazbir.
Menurut mantan Kepala Dinas PariÂwisata Provinsi Daerah Istimewa YogyaÂkarta ini, kemahiran anak-anak menari dan memainkan alat musik tradisional Sunda ini layak dipertontonkan ke wisaÂtawan asing maupun lokal.
“Di Puncak ini banyak hotel berbinÂtang yang tiap akhir pekannya diserbu wisatawan baik lokal dan mancanegara, nah sudah saatnya kemahiran anak-anak ini ditampilkan, karena hotel berkewaÂjiban ikut mempromosikan seni tradisionÂal yang menjadi cirri khas wilayah Tatar Pasundan ini,†ujarnya.
Tazbir juga mengapresiasi pengasuh Kampung Budaya ini, lantaran mereka tak hanya mengajarkan seni dan lain-lainya keÂpada anak-anak, tapi juga membantu memÂbiayai anak-anak putus sekolah. “Kami akan mendorong, perusahaan-perusahaan besar lewat dana CSR nya membantu kegÂiatan di Rumah Budaya ini,†tegasnya.
Penggagas Kampung Budaya Ramah Anak, Halimah Munawir berharap, adanya sara berkreasi seni, kelak jika anak-anak telah dewasa, akan menjadi garda terdeÂpan dalam pelestarian budaya dan seni tradisional Sunda, agar tak punah akibat gempuran budaya dan seni dari luar.
“Itu tujuan jangka panjang kami, sementara untuk jangka pendeknya menekan angka kenakalan remaja dan mencegah anak-anak ini terjerumus dalam penyalahgunaan narkotika serta sek beÂbas,†tegas wanita penulis novel Sahabat Langit ini.
Halimah menjelaskan, untuk mengajari anak-anak ini, ia dibantu rekan-rekan maÂhasiswa dan pegiat seni tradisional Sunda yang tinggal di Bogor. “Karena banyaknya bantuan ini, tugas menjadi ringan,†pungÂkasnya.
(Rishad Noviansyah)