Oleh: HAMRY GUSMAN ZAKARIA
Motivator

Ditengah semakin menjulangnya nama Gojek sebagai pionir ojek online yang dira­sa sangat membantu masyarakat untuk menembus ke­macetan di kota-kota besar yang kian parah, tiba–tiba pada Ka­mis 17 Desember 2015, keluarlah keputusan Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan, yang resmi mela­rang aktivitas ojek online, terma­suk Gojek.

Alasan utama pelarangan­nya, karena ojek online tidak memenuhi standar persyaratan keselamatan sebagaimana um­umnya kendaraan umum yang memiliki roda tiga dan empat.

Namun untungnya masih di hari yang sama, Presiden Jokowi segera meminta Menhub Jonan untuk menganulir pelarangan terhadap aktivitas ojek online, dan “selamatlah” layanan ojek yang didirikan sejak 2010 oleh Nadiem Makariem tersebut.

Salah satu esensi Gerakan Nasi­onal Revolusi Mental adalah “ber­sikap objektif” serta “fokus pada solusi, dan bukan fokus pada ma­salah”. Dalam menjalankan Good Governance di setiap Kement­erian/Lembaga, hendaknya setiap Menteri/Kepala Lembaga harus mengedepankan esensi tersebut.

Dalam hal ini Kemenhub seharusnya bisa lebih objektif dalam melihatrealita, bahwa hingga kini moda transportasi massal belum maksimal dalam memenuhi kebutuhan masyara­kat, ditambah problem kemac­etan semain menjadi momok bagi masyarakat, maka tak heran jika jumlah pengunduh aplikasi Gojek mencapai 2 juta orang dan driver Gojek berjumlah 200 ribu orang se Indonesia, 100 ribu dianta­ranya beroperasi di Jakarta.

BACA JUGA :  JELANG LAGA MALAM INI, TIMNAS VS AUSTRALIA

Kemenhub justru dapat merangkul Gojek dan ojek online lainnya dalam merumuskan per­aturan mengenai keselamatan dan standarisasi transportasi umum roda dua, karena terbukti mereka bisa menjadi solusi bagi masyarakat perkotaan, untuk mendapatkan sarana transpor­tasi yang lebih cepat dan murah, berarti secara tidak langsung, kehadiran Gojek dan kawan– kawannya sudah “membantu” Pemerintah dalam hal mengatasi kebutuhan masyarakat di bidang transportasi umum.

Lalu Pemerintah juga harus objektif dalam melihat realita; jika estimasi rata – rata penghasi­lan bersih seorang driver Gojek sebesar Rp 150 ribu per hari x 26 hari = Rp 3,9 juta per bulan! (dia­tas UMR 3,1 jt) dan jika setiap driv­er menghidupi dua (2) anggota keluarganya, maka sungguh Go­jek telah membantu pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan 600 ribu orang penduduknya.

Sekarang yang harus diper­tanyakan adalah;

Bagaimanakah komitmen Pemerintah dalam mendukung percepatan ekonomi kreatif jika putra bangsa yang memiliki inovasi trans­portasi justru tidak diberi ruang?

Bagaimanakah komitmen Pemerintah dalam mendukung ekonomi kerakyatan jika 600 ribu rakyatnya yang mendapat­kan peningkatan kesejahteraan, justru tidak didukung?

Bagaimanakah komitmen Pemerintah dalam menerapkan Rev­olusi Mental, jika masih ada kebi­jakannya yang kurang pro rakyat?

Tujuan dari Revolusi Mental adalah merubah paradigma lama yang “terjebak” dalam pakem birokratis model lama atau cara berpikir panjang, rumit, dan fokus pada masalah, menjadi paradigma baru yang simple, kreatif, dan fokus pada solusi, se­hingga bisa membentangkan kar­pet merah bagi setiap rakyat yang datang mengadu dengan 1.001 permasalahannya, terutama uru­san “perut”.

BACA JUGA :  DARI PREMAN TERMINAL, SEKDES HINGGA ANGGOTA DPRD PROVINSI JABAR

Revolusi Mental bertujuan menjadikan Indonesia Hebat, bu­kan Indonesia Kerdil. Indonesia yang memiliki kekayaan SDA dan SDM yang luar biasa, selama 3,5 abad lebih telah ditindas habis – habisan oleh penjajah, sehingga membuat kita seolah “tidak sa­dar” akan kekayaan potensi SDA dan SDM tersebut.

Ya, kita telah dikerdilkan oleh para penjajah, melalui berbagai politik adu domba, saling fitnah, tindas, jegal, pasung, dan saling serang satu sama lain. Maka demi tercapainya cita – cita Indonesia Hebat, janganlah ada lagi tinda­kan yang bisa memasung kre­atifitas dan perekonomian anak bangsa. Kita sudah sangat lelah dan bosan dengan derita alam penjajahan di masa lalu.

Mari bergandengan tangan dan saling berangkulan, pecah­kanlah semua permasalahan dengan penuh rasa kekeluargaan dan gotong – royong. Buktikanlah pada bangsa lain bahwa kita kuat, kita solid, kita kompak, kita man­diri, dan kita hebat!

Salam Revolusi Mental!

sumber:detik.com

============================================================
============================================================
============================================================