Pesta Rakyat Bogor Cap Go Meh (CGM) 2016 bukan sekaÂdar untuk menÂgakhiri perayaan Imlek, melainkan bukti bahwa masyarakat bersatu dalam keÂberagaman Ini patut dipertahÂankan. Festival tahun ini akan lebih meriah dibandingkan dengan festival sebelumnya. Festival akan dimeriahkan sekitar 10.000 pengisi acara dan kemungkinan disaksikan 100.000 pengunjung. Festival juga diisi dengan perlombaan drumband untuk mempereÂbutkan piala Menteri Pemuda Olahraga dan Pariwisata.
Ketua Umum PDBI ProvinÂsi Jawa Barat, Gatut Susanta menjelaskan, rencananya peserta tidak hanya dari BoÂgor, ada juga peserta yang berÂasal dari berbagai kota seperti Bandung, Sukabumi, Bekasi, Cirebon, Jakarta, Karawang, dan Serang untuk mempereÂbutkan Piala Mentri Pemuda Olahraga dan Pariwisata.
Ia juga mengatakan, nantiÂnya drumband mempertandÂingkan tiga mata lomba yaitu, Display, Drum Battle dan PaÂrade. Untuk kategori display diikuti empat peserta, Drum Battle sembilan peserta dan 12 peserta di kategori parade. “Saat ini sudah memasuki pematangan. Yang tampil lebÂih dari 10 unit. Nantinya akan dibagi, tim yang terlibat di paÂrade dan juga festival. Selama ini Drumband itu hanya jadi pembuka disetiap acara saja, makanya kami berfikir untuk mengadakan lomba DrumÂband,†ungkap Gatut Susanta.
Tidak hanya diisi denÂgan parade Persatuan Drum Band Indonesia (PDBI) dan lomba Drumband saja, acara ini juga dimeriahkan Wayang Hihid, Street Line Dance, Sepeda Ontel, Boboko Logor, Lengseran, Ogoh-ogoh, CoÂsplay, mobil shio, liong dan barongsai. “Bukan sekadar atraksi seni budaya, melainÂkan simbol rakyat mengharÂgai keberagaman atau pluralÂisme,” kata Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto.
Bima mengaku Festival Budaya CGM yang sudah menjadi pesta rakyat tahunan Kota Bogor, yang selalu disÂpersembahkan dengan konÂsep baru dan lebih meriah serta memiliki makna yang mendalam tentang toleransi.
Sementara itu, Ketua PaniÂtia CGM 2016, Arifin HImawan menjelaskan rangkaian FesÂtival CGM dimulai sejak H-2 yang diisi dengan beragam ritual keagamaan maupun keÂsenian budaya seperti menuÂrunkan patung dewa-dewi di Vihara Dhanagun ke Joli (tanÂdu-red) untuk diarak keliling vihara, ritual tolak bala TangÂsin, dan beragam kesenian buÂdaya lainnya.
(Abdul Malik)