Untitled-3Ayam bakar memang gak ada matinya. Banyak orang yang menekuni usaha ayam bakar, namun tetap saja laku keras. Buktinya Ayam Bakar Bang Juned, milik Eddy Nugroho, selalu ramai pengunjung. Outletnya di Jalan Gagalur 1 No 12, Bang­barung, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, tak pernah sepi pembeli.

Eddy Nugroho mengatakan, Ayam Bakar Bang Juned baru berdiri pada Juli 2013. Sejak awal outletnya di depan Mas­jid Arrahman, Bangbarung. Dari lapak tersebut, pria yang sebelumnya bekerja di sebuah perusahaan alat berat ini, mampu mencetak omzet hingga belasan juta rupiah.‘’Sebetulnya saya bikin usa­ha ayam bakar ini tidak sengaja, apalagi direncanakan,’’ kata Eddy kepada Bogor Today.

Tidak mudah bagi Eddy dalam mengembangkan usaha ini. Ia bercerita, sejumlah rintangan pernah dihadapi se­belum akhirnya dapat menuai hasil yang cukup bagus seperti sekarang.“Saya dulu kerja kantoran di perusahaan alat be­rat selama empat tahun. Rutinitas padat membuat saya divonis Hepatitis A oleh dokter. Saya sempat istirahat setengah tahun dan masuk lagi bekerja. Pikiran saya kemudian bilang kenapa nggak berwirausaha saja,’’ katanya.

Sebelum menekuni usaha ayam bakar, Eddy sempat buka bisnis pakaian, karena saat itu pas bertepatan den­gan momen Idul Fitri tahun 2012. Ia meman­faatkan mobilnya untuk dijadikan outlet berjalan dan menjajakan pakaian di Taman Kencana Bogor.

“Ternyata saya kurang co­cok di bisnis baju. Saya manfaatkan internet untuk mencari info usaha yang cocok untuk saya. Kemudian terpikir buat buka usaha ayam potong. Saya buat kandang di samping rumah dan menjual 100 ekor ayam,” kata Eddy.

BACA JUGA :  Tak Terima Pacar Diganggu, Pemuda di Lampung Tengah Tusuk Remaja hingga Tewas

Tidak hanya menjual untuk kebu­tuhan rumah tangga, Eddy juga men­gatakan bahwa ayam potongnya ia ja­jakan pula ke restoran-restoran yang dekat dengan lokasi rumahnya. ‘’Salah satu klien restoran ada yang minta suplay ayam, 15 ekor ayam per hari harus saya kirim ke restoran itu,’’ katanya.

Karena tak memiliki pengalaman dalam men­gelola ayam potong, restoran yang pesan ayam tersebut me­nolak ayam kiriman Eddy. Bukan karena kualitas ayamnya, tetapi lantaran be­rat bobot ayamnya. “Saya baru tahu ka­lau ayam potong yang dikirim harus memiliki berat 9 ons. Sedangkan ayam yang saya jual kuali­tas bagus dengan bobot sekitar 1,3 kg. Akhirnya ayam yang saya kirim ditolak. Kalau didiamkan ayam ini akan hancur atau bau,” ceritanya.

Meski sedikit kecewa, Eddy rupanya tidak mau larut dalam kekecewaan. Ia ke­mudian mencari solusi agar ayam ini tetap bisa dijual. Seperti biasa, Eddy meman­faatkan teknologi internet di smartphone-nya untuk mencari resep ayam olahan.

“Akhirnya kepikiran buka restoran ayam bakar. Hari itu juga pas ditolak restoran, saya cari resep bumbu ayam ba­kar. Kemudian saya langsung aplikasikan. Saya dan istri beranikan diri buka lapak seberang Masjid Arrahman Bangbarung,” katanya.

Lagi-lagi, usahanya tak semulus yang dibayangkan. Ia sempat dimaki-maki oleh konsumen karena ada bercak da­rah pada potongan ayam yang ia jajakan. “Ayam ukuran besar ternyata mengo­lahnya lebih sulit. Kritik dari konsumen saya terima untuk perbaikan ke depan. Saya terus perdalam lagi cara memasak dan mengolah ayam berukuran besar,” tandasnya.

Akhirnya, Eddy menemukan kompo­sisi yang pas untuk menu ayam bakarnya. Sejumlah konsumen pun kepincut mem­beli ayam bakar olahan Eddy. Promosi dari mulut ke mulut dan sosial media membantu mencuatkan nama Ayam Ba­kar Bang Juned.

BACA JUGA :  Kecelakaan Maut di Labuan Bajo NTT Tewaskan Remaja asal Rote Ndao usai Jatuh dari Motor

Awalnya hanya beberapa potong ter­jual, kini Eddy mampu menjual minimal 10 ekor per hari dengan omzet belasan juta rupiah. “Order banyak ketika jelang makan siang. Kebetulan saya sediakan jasa pesan antar. Selain karyawan kan­toran, alhamdulillah sejumlah instansi seperti pemerintahan, perbankan dan perusahaan swasta pesan nasi box dengan menu ayam bakar ke kami,’’ katanya.

Eddy menjelaskan, kenapa konsumen memilih Ayam Bakar Bang Juned. “Kita punya nilai plus. Misalnya ayam saya lebih besar ukurannya. Satu ekor ayam, saya potong menjadi empat bagian saja. Bisa diantar walaupun beli cuma satu potong,’’ ujarnya. Kemudian, Eddy juga berani dibumbu dan sambal. Saya jamin walau harga cabai naik, kualitas rasa pedasnya tidak akan berkurang. Rasanya juga tidak kalah karena bumbu meresap dan tekstur ayam bakar yang lembut,” tandasnya.

Ayam Bakar Bang Juned ini harganya sangat terjangkau mulai dari Rp 15 ribu per potong hingga Rp 58 ribu per ekor konsumen sudah bisa menikmatinya. ‘’Kita buka mulai jam 11:00 siang atau rata-rata pas jam makan siang sampai habis, ya jam 15-an,’’ katanya.

Ayam Bakar Bang Juned memiliki ob­sesi untuk menjadi sebuah restoran. Saat ini, usaha Eddy tersebut masih berupa lapak semi permanen. Banyak yang me­minta franchise, tapi Eddy takut rasanya akan berubah. ‘’Jangan sampai meng­hancurkan rasa yang sudah dijaga selama ini,’’ pungkasnya.

============================================================
============================================================
============================================================