BOGOR TODAY – Belum beres persoalan optimalisasi Terminal Baranangsiang, kini persoalan baru soal transportasi kembali menggoyang Balaikota Bogor. Persoalan anyar nya adalah soal plotting lokasi Stasiun Kereta Api Ringan atau Light Rail TranÂsit (LRT). Masing-masing pemeÂgang palu keputusan di ‘gedung putih’ beda suara.
Walikota Bogor, Bima Arya, ngebet memasang stasiun itu ke Tanah Baru. Wakil Walikota Bogor, Usmar Hariman, satu suara dengan Bima Arya. Nah, Sekda Kota Bogor, Ade Sarip Hidayat, memiliki cara panÂdang berbeda. Orang nomor tiga di Balaikota Bogor ini meÂmilih Baranangsiang sebagai stasiun LRT.
Ade Sarip mengatakan, PerÂaturan Presiden (Perpres) NoÂmor 98 Tahun 2015 tentang PerÂcepatan Penyelenggaraan LRT di wilayah Jabodebek memerÂlukan proses yang panjang unÂtuk dibatalkan. “Menurut saya logisnya memang di BaranangÂsiang. Kalau dipindah ke Tanah Baru itu mimpi siang bolong. Perpres nya kan sudah keluar dan itu kuat,†singkat Ade, keÂpada BOGOR TODAY kemarin.
Ade menambahkan bahwa untuk melakukan penolakan pembangunan LRT di wilayah Terminal Baranangsiang menÂjadi ke area Tanah Baru, PemerÂintah Kota (Pemkot) Bogor perlu membatalkan isi Perpres Nomor 98 Tahun 2015 terlebih dahulu. “Perlu mengajukan gugatan lewat Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) untuk membatalkan isi Perpres terseÂbut,†pungkasnya.
Terpisah, Wakil Walikota Bogor, Usmar Hariman masih melakukan upaya-upaya agar pembangunan LRT dibangun pada area Tanah Baru atau KeÂdung Halang. Pemilihan TermiÂnal Baranangsiang oleh Jokowi dianggap bertentangan dengan Peraturan Daerah (Perda) Kota Bogor Nomor 8 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor.
“Mungkin kawan-kawan di Pemerintah Pusat lupa denÂgan adanya Peraturan Daerah (Perda) Kota Bogor Nomor 8 TaÂhun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor,†terang Usmar Hariman.
Usmar mengatakan bahwa alasan dari keinginan PemÂkot Bogor agar pembangunan LRT dibangun di Tanah Baru karena transportasi di wilayah tersebut terbilang mati. “Kita usulkan disana agar lebih hidÂup transportasi disana,†singÂkat Usmar.
Sementara itu, Bima Arya mengatakan hal yang sama terkait dengan pembangunan stasiun LRT tersebut. Pihaknya menambahkan, Suharto, manÂtan Kepala Badan PerencaÂnaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, telah diangkat menjadi Direktur PerÂencanaan dan Pembangunan Transportasi Jabodetabek pada Kementrian Perhubungan. Hal ini merupakan sinyal yang baik bagi pembangunan LRT agar tidak dibangun di Terminal Baranangsiang. “Dalam waktu satu minggu akan saya coba kirimkan surat resmi kepada Suharto mengenai hal ini,†ujar Bima kepada BOGOR TODAY.
Hal senada juga dikatakan oleh Usmar, menurutnya SuÂharto memiliki kecintaan terhaÂdap Kota Bogor. Ditambah lagi, Ia yang mempunyai otak agar pembangunan LRT tidak dilakÂsanakan di area Terminal BaÂranangsiang. “Master plan pemÂbangunan di Kota Bogor kan dia (Suharto, Red). Pihaknya telah mempunyai konsep yang matang terkait pembangunan ini, dengan jabatannya sekarang bukan tidak mungkin pihaknya mengusulkan agar pembangunan LRT tidak dibangun di area Terminal BaÂranangsiang,†pungkasnya.
(AbÂdul Kadir Basalamah)