Masih tingginya tingkat suku bunga perbankan di Indonesia, membuat Wakil Presiden M Jusuf Kalla geregetan. Dia memanggil secara khusus Meneg BUMN Rini M Soemardo.
Oleh : Alfian Mujani
[email protected]
Pertemuan Wapres Jusuf Kalla dengan Rini ini berlangsung empat mata. Dalam pertemuan tersebut, Kalla meminta Rini segera mencari jalan agar bunga kredit bank BUMN bisa diturunkan.
“Kita bicara soal perbankan, bagaimana bank di negeri ini bisa lebih efisien. Kalau keadaan ekoÂnomi kita tidak punya daya saing, bunga masih tinggi, maka dunia industri dan perdagangan kita mahal. Salah satunya ialah keuangan atau suku bunga,†tutur Kalla usai pertemuan di kantornya, JaÂkarta, Jumat (5/2/2016).
Rini membenarkan, dalam perteÂmuan itu, Kalla meminta agar bunga kredit bank BUMN segera diturunkan menjadi di bawah 10% alias single digit. Bank BUMN perlu melakukan penurunan bunga kredit, karena merupakan pemain terbesar di sektor perbankan dalam negeri. “Jadi kita harapkan, kalau bank BUMN bisa melakukan otomatis industri akan mengikuti,†imbuh Rini.
M e Ânindaklanjuti perÂtemuan ini, Rini menÂgatakan, akan bertemu dengan pihak Bank InÂdonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Menambahkan perÂmintaannya tersebut, Kalla mengatakan, bunÂga kredit yang murah bisa membuat industri dalam negeri bersaing dan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) bisa ditahan. “Semua sektor yang bisa diturunkan, sumber cost-nya kalau bisa diturunkan, diturunkan bunga, birokrasi, jalan,†ungkap Kalla.
Seperti diketahui, sejak Bank IndoÂnesia menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) 0,25 persen atau dari 7,5 persen menjadi 7,25 persen, baru Bank Mandiri saja yang ikut menurunkan suku bunga sebesar 0,25%. Bank-bank BUMN lainnya masih mempertahankan suku bunga lama. Mereka masih mengÂhitung-hitung dampaknya terhadap keÂsehatan bank itu sendiri.
Tingkat suku bunga perbankan di Indonesia memang tergolong paling tinggi di kawasan Asia. Di beberapa negara tetangga seperti di Singapura dan Malaysia, tingkat suku bunga beraÂda di level single digit, malah hingga di bawah 6 persen. Bahkan di Jepang sudah diberlakukan suku bunga miÂnus.
Dampak dari tingkat suku bunga kredit yang masih terlalu tinggi, adalah dunia industri di InÂdonesia tidak kompetitif. Akibat beban bunga yang terlalu tinggi, harga jual dari sebuah produk juga mahal dan tiÂdak bisa bersaing di pasar bebas.