_timthumb-project-code“Tanda-tanda tahi lalat yang berubah menjadi ganas, yaitu bila muncul rasa gatal atau nyeri, perubahan warna menjadi lebih gelap, ukurannya membesar, melebar tidak teratur, permukaan menjadi tidak rata, sering diganggu (dikorek atau digaruk), gampang berdarah, menjadi luka dan koreng yang tidak sembuh-sembuh”

 Oleh : Latifa Fitria
[email protected]

Tahi lalat biasanya disukai karena bisa mempercantik wajah. Namun, bagaimana jika tahi lalat berubah menjadi tumor. Bagaimana ge­jalanya? Semua orang memiliki tahi lalat. Pada umumnya, sebagian besar tahi lalat bersifat jinak. Namun tahi lalat juga dapat berubah sifat menjadi ganas dan menjadi kanker kulit, yang disebut dengan melanoma maligna. Tipe kulit dan paparan sinar ultra violet matahari menjadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap angka kejadian mela­noma maligna.

Tahi lalat ganas memang sulit dike­nali. Karena, tidak ada perbedaan yang mencolok dengan tahi lalat biasa. “Pada dasarnya, tahi lalat bisa dikategorikan seb­agai tumor jinak. Tahi lalat juga bisa tum­buh di selaput lendir, bibir, bahkan alat kelamin,” menurut dokter spesialis kulit, dr Agustinus Tamimi SpKK.

Tahi lalat adalah tumor jinak pada kulit yang paling umum dijumpai pada manusia. Dalam istilah kedokteran tahi lalat disebut dengan nevus pigmentosus. Ciri khas tumor jinak ini adalah warnanya yang gelap, seba­gian mempunyai ukuran yang menetap, na­mun sebagian lain terus membesar sehingga mengkhawatirkan si pemiliknya. Umumnya perkembangan ukuran ini dipicu oleh adanya kontak dengan sinar matahari.

“Tahi lalat timbul akibat terkena sinar ma­tahari secara terbuka sehingga berdampak pada meningkatnya pigmen melanin menjadi berlebih. Orang kulit putih misalnya, lebih rentan terkena melanoma bila dibandingkan orang Asia atau Afrika,” tambahnya.

BACA JUGA :  RSUD Leuwiliang Miliki Mammografi Siap Layani Pencegahan Kanker Payudara

Tahi lalat secara umum tidak berbahaya, sambungnya, dan biasanya hanya menim­bulkan keluhan kosmetis, meski dapat pula berubah menjadi kanker tahi lalat yang da­tar umumnya bersifat jinak, tapi bisa juga berubah menjadi ganas. Untuk tahi lalat yang berupa benjolan, atau tumor dalam bahasa kedokteran, bisa digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu jinak, bakal kanker (pra kanker), dan ga­nas. Tahi lalat dapat berubah semakin besar, terasa gatal, dan akhirnya menjadi kanker ku­lit yang sangat ganas.

“Tanda-tanda tahi lalat yang berubah men­jadi ganas, yaitu bila muncul rasa gatal atau nyeri, perubahan warna menjadi lebih gelap, ukurannya membesar, melebar tidak teratur, permukaan menjadi tidak rata, sering digang­gu (dikorek atau digaruk), gampang berdarah, menjadi luka dan koreng yang tidak sembuh-sembuh,” urainya.

Agustinus menambahkan, tahi lalat yang masuk dalam kategori berbahaya yaitu jika ukurannya terus membesar hingga memiliki diameter lebih dari enam milimeter. Masalah tahi lalat bukan hanya masalah di permukaan kulit, tapi masalah di dalam lapisan bawah kulit, sehingga jarang sekali tahi lalat dapat di­tangani dengan pengobatan tradisional. Tahi lalat yang berisiko kanker harus ditangani segera sebelum mengalami metastatis atau pe­nyebaran ke bagian tubuh lainnya.

“Itulah mengapa sangat penting untuk mendeteksi perubahan tahi lalat menjadi melanoma sejak awal, ketika angka kesembu­han dengan operasi hampir 100%. Melanoma dapat muncul di manapun pada tubuh, namun paling sering ditemukan di punggung, pantat, kaki, kulit kepala, leher, dan di belakang tel­inga,” terangnya.

Tingkat keganasan tumor pada tahi lalat, menurut Agustinus, sangat bervariasi. Ada yang tidak menyebar, ada pula yang bisa me­nyebar cepat dan mampu berkembang hingga bisa menutupi wilayah sekitar tumbuhnya dengan cepat. Karena itu dalam beberapa bu­lan, tahi lalat sudah bisa menjalar ke wilayah lainnya pada tubuh ataupun wajah.

BACA JUGA :  RSUD Leuwiliang Miliki Mammografi Siap Layani Pencegahan Kanker Payudara

“Tahi lalat yang ganas tapi tidak me­nyebar cepat, bisa diambil melalui operasi ringan. Sedangkan yang sudah menyebar hingga ke daerah sekitar di tempat tumbuh­nya tahi lalat tersebut, diperlukan pembeda­han yang lebih serius,” ungkap dokter paro baya tersebut.

Hal ini juga dialami Cyntia yang baru saja menjadi mahasiswi. Pada awalnya, dia senang memiliki sebuah tahi lalat di pipi bagian kiri. Kebahagiaan Cyntia ternyata tidak berlang­sung lama. Karena tiga bulan terakhir, tahi lalat tersebut malah membuatnya resah. Tahi lalat tersebut sekarang berubah menjadi gatal. Selain gatal, tahi lalat tersebut juga berubah warna dari hitam menjadi hitam mengkilap. Rasa gatal bercampur nyeri juga terus dira­sakan setiap hari. Ternyata setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, tahi lalatnya didiag­nosis sebagai tumor ganas.

“Karena semakin mengganggu akhirnya saya memutuskan untuk mengoperasinya. Itu pun setelah dokter mengatakan kalau tahi lalat saya merupakan sejenis tumor, tapi tidak ganas,” tuturnya.

Selanjutnya, tahi lalat juga harus diwaspa­dai jika muncul beberapa keluhan. Misalnya rasa gatal yang tidak hilang-hilang, ukuran tahi lalat terus bertambah besar, berubah war­na menjadi bertambah pekat atau mengkilap. “Lebih parah lagi, tahi lalat yang terganggu juga bisa bernanah menyerupai koreng. Kalau ditekan akan mengeluarkan cairan nanah ber­campur darah. Jika ditemukan gejala seperti di atas, sebaiknya langsung saja periksakan tahi lalat tersebut ke dokter,” sebutnya.

============================================================
============================================================