JAKARTA, TODAY — Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Februari terjadi deÂflasi 0,09%. Deflasi terjadi karena kecenÂderungan menurunÂnya harga barang-baÂrang sepanjang bulan tersebut. Namun, BPS mengklaim, harga beras masih tinggi di peredaran.
“Deflasi Februari 0,09%. Inflasi yoy 4,42%. Tahun kalender 0,42%,†kata Kepala BPS, Suryamin, dalam konferensi persnya, di Kantor Pusat BPS, Selasa (1/2/2016).
Inflasi inti Februari 0,31%, sementara inÂflasi inti Februari yoy 3,59%. Dari 82 kota IHK ada 52 kota deflasi dan 30 kota inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Merauke 2,95%. Terendah di Sibolga dan Bogor 0,02%. Inflasi tertinggi di Tanjung PanÂdan 1,02%. “Dari 2010 sampai 2014 itu cenderung inflasi, dan 2015 dan 2016 itu masuk ke deflasi,†kata Suryamin. “BerÂdasarkan kelompok pengeluaran, bahan makanan deflasi 0,58%. Terjadi penuÂrunan harga beberapa harga pangan,†sambungnya.
Suryamin menyebutkan, makanan jadi dan minuman masih inflasi tapi di bawah 1%, yaitu sebesar 0,63%. PerumaÂhan, air, listrik, dan gas deflasi sebesar 0,45%. “Ini karena penurunan TDL, itu tanggal 5 Januari,†ucap Suryamin.
Sementara untuk sandang masih terjadi inflasi 0,64%, kesehatan inflasi 0,26%, pendidikan, rekreasi, dan olahÂraga inflasi 0,06%. Sedangkan transporÂtasi, komunikasi, dan jasa keuangan deÂflasi 0,15%. “Ini karena ada penurunan harga bensin,†pungkasnya.
Selain itu, harga bawang merah juga turun. Penurunan harga tercatat 13,22%, dengan andil 0,08%. “Ini karena pasoÂkan cukup banyak,†katanya.
Daging ayam ras juga turun. PenuÂrunan harga sebesar 3,65% dengan andil 0,05%. “Karena persediaan stok lebih banyak dan di pasaran cukup tersedia,†kata Suryamin.
Kemudian bensin. Penurunan harga sebesar 0,96% dengan andil 0,04%. AdÂanya kebijakan penurunan harga BBM jenis premium, yang dari Januari berÂdampak ke Februari. “Kemudian ada penurunan harga Pertamax karena harÂga minyak dunia,†ucap dia.
Telur ayam ras terpantau turun. Penurunan harga sebesar 3,31% dengan andil 0,03% karena Pasokan cukup baÂgus di pasaran. Cabai rawit tercatat tuÂrun. Penurunan harga sebesar 12,05% dengan andil 0,03%. “Biasanya suka bikin masalah tapi sekarang pasokannya banyak,†imbuh Suryamin.
Sementara itu, Suryamin menyeÂbutkan penyebab inflasi, di antaranya adalah rokok kretek. Perubahan kenaiÂkan harga sebesar 1,43% dengan andil 0,03%. Ini dampak dari Peraturan MenÂteri Keuangan (PMK) mengenai kenaiÂkan cukai yang dipercepat.
Emas perhiasan juga naik. KenaiÂkan harga sebesar 2,59% dengan andil 0,03%. Ini akibat dari kenaikan harga emas dunia.
Harga beras juga naik. Kenaikan harÂga sebesar 0,43% dengan andil 0,02%. Ini akibat berkurangnya pasokan di beÂberapa daerah.
Ikan segar naik. Kenaikan harga sebesar 0,61% dengan andil 0,02%. “Kurangnya pasokan dari nelayan akibat cuaca yang tidak stabil,†kata Suryamin.
BPS mencatat, harga beras secara naÂsional rata-rata masih mengalami kenaiÂkan, meskipun ada beberapa kualitas beÂras tertentu yang mengalami penurunan.
Suryamin menyebutkan, harga beÂras di tingkat penggilingan untuk kualiÂtas medium di Februari 2016 tercatat sebesar Rp 9.622/kg, naik 0,77% dari Rp 9.548/kg. Sementara harga beras premiÂum naik 0,63% dari Rp 9.723/kg menjadi Rp 9.785/kg. Untuk harga beras kualitas rendah turun 0,93% dari Rp 9.280/kg menjadi Rp 9.195/kg. “Secara total naÂsional masih ada kenaikan harga beras, meskipun ada beberapa yang justru tuÂrun,†ujarnya.
Harga rata-rata di tingkat petani, Suryamin menyebutkan, gabah kering panen Rp 5.211/kg, naik 0,10% month to month (mtm), gabah kering giling Rp 5.753/kg, naik 1,13% (mtm).
Sementara itu, harga rata-rata di tingkat penggilingan untuk gabah kering panen Rp 5.298/kg, naik 0,14% (mtm), gabah kering giling Rp 5.869/kg, naik 1,09% mtm.
Harga tertinggi Rp 9.000/kg untuk GKP varietas Siam Mayang terjadi di KaÂbupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Harga terendah Rp 3.200/kg, kualitas rendah, varietas IR64 terjadi Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. “Dari 52 kota yang kami amati mengenai perkembanÂgan harga gabah, banyak juga yang suÂdah turun (harga beras). Meski secara total harganya naik. Dari 82 kota itu, ada 52 kita baik, 14 stabil, dan 16 kota tuÂrun,†kata Suryamin.
Terpisah, Menteri Keuangan BamÂbang Brodjonegoro berpendapat bahwa deflasi yang terjadi di bulan Februari ini merupakan hal yang bagus. KemungÂkinan penyebabnya ialah datangnya musim panen yang meningkatkan pasoÂkan bahan pangan.
“Komentar saya, bagus. Karena sekÂarang sudah mulai masuk musim panen barangkali,†kata Bambang di sela-sela rapat koordinasi di Kemenko PerekonoÂmian, Jakarta, Selasa (1/3/2016).
Bambang menambahkan, pemerinÂtah menargetkan inflasi pada tahun ini di bawah 4%. Dengan adanya deflasi di bulan Februari diharapkan target terseÂbut bisa tercapai. “Kita harapkan inflasi tahun ini bisa 4% maksimum,†tandasÂnya.
(Yuska Apitya/dtkf)