Tim liputan Bogor Today berkesempatan untuk berbincang bersama Bimo, salah satu dari tiga pemilik kedai kopi mungil nan imut di sudut D’Palma GuestHouse. Letaknya tidak jauh dari belokan Sempur, bersinggungan dengan Jalan Jalak Harupat, berada persis di persimpangan antara Jalan Halimun, sebelum kantor RRI Bogor.
Taufan Sulaeman
([email protected])
Dengan mengusung konsep desain interior rustic industrial yang ramah lingkungan, seÂjalan pendapat Bimo, bahwa bagus tidak harus mahal, dan barang-barang yang di-recycle pun bisa jadi bagus, serta memanfaatkan barang-barang yang ada di sekitar. Maraca yang dalam bahasa Sunda berarti ‘membaca bersama-sama’ ini menawarkan remote working space yang menyatu dengan alam. LoÂkasinya yang cukup strategis berada di salah satu sisi Kebun Raya Bogor, menjadikan kedai kopi sekaligus ruÂang baca ini cukup asri untuk dikunÂjungi. Soft opening sejak Maret 2016, Maraca yang awalnya buka pada sore hari, atas permintaan pengunjungÂnya kemudian bergeser ke jam opÂerasional mulai pukul 09.00 sampai 22.00.
Menawarkan menu-menu cemiÂlan bahkan beberapa santapan cukÂup berat, menjadikan Maraca sebuah kafe yang sebenarnya tidak ingin terÂjebak dengan label. “Tidak terlalu masalah dengan sebutan orang mau bilang Kita warung kopi, coffee shop, atau apa. Yang pasti, kalau kopi Kita memang agak lebih banyak pilihan menunya.” Ungkap Bimo, keÂpada Bogor Today.
Pilihan kopi di Maraca mulai dari yang espresso based, single origin kopi-kopi Nusantara, yang dari piliÂhan-pilihan tersebut diharapkan bisa jadi minuman untuk dapat dinikmati sesuai selera segmen pengunjung Maraca. “Orang-orang yang suka miÂnum kopi dan baca buku, tanpa panÂdang usia,†katanya.
Beberapa hal yang menjadi perÂhatian Bimo dalam mengelola tempat ini supaya dapat tetap berjalan baik, yakni mengenai rasa, komunitas, dan engagement. Tentang rasa, Bimo sangat berharap menu-menu yang disajikan di Maraca terjaga kualitasÂnya supaya pengunjung mau kembali datang karena rasanya yang enak.
Soal komunitas, beberapa acara art workshop dan pertemuan rutin telah masuk jadwal Maraca untuk beberapa bulan ke depan. MengeÂnai engagement sendiri, Bimo masih konsisten melakukannya sampai deÂtik ini; memuat foto beberapa penÂgunjung regulernya lengkap dengan profesi dan kutipan kata mutiara mereka, yang kemudian mengungÂgahnya ke akun media sosial Maraca.
“Saya ingin mengenalkan, ini lho orang-orang Bogor, yang bisa diteÂmui kalau ngopi di Maraca,” terang Bimo, menggenapi soal strategi enÂgagement tersebut.
Menawarkan sebuah tempat alÂternatif untuk membaca buku dan bertemu orang, bukanlah tanpa perÂjuangan. Bermodalkan pengalaman Bimo menjadi barista waktu kuliah di Jogja, Della yang suka membaca dan koleksi buku baik online maupun offline, serta Feni yang aktif dengan kesenian dan media sosialnya, menÂjadikan para pemiliknya membanÂgun Maraca Books & Coffee seperti sekarang ini.
Rasio modal awal paling besar dialokasikan untuk tempat berjangÂka waktu sewa perdua tahun, denÂgan tiga kali angsuran pembayaran. Modal selanjutnya untuk biaya renoÂvasi secara keseluruhan, baik inteÂrior, eksterior, maupun konstruksi, termasuk penambahan daya listrik hingga 5500Watt.
Persoalan listrik juga lah yang keÂmudian membuat Bimo dan rekan-rekan akhirnya memutuskan untuk menggunakan teknik manual brewÂing yang hemat listrik selain itu juga ramah lingkungan. Cukup merogoh Rp. 2,5juta rupiah saja, alat hand-espresso manual pun siap dikirim dari daratan Eropa sampai tiba di Indonesia. Dengan total kisaÂran modal awal senilai Rp. 250juta-an rupiah, dalam waktu kurang dari sebulan operasionalnya telah berjaÂlan, lima sampai enam persen darinÂya sudah dapat diperoleh.
Iklim kopi di Bogor yang ramah usaha pula lah yang menjadi pertimÂbangan Bimo dan kawan-kawan unÂtuk lebih mendukung kopi Nasional sebagai komoditas utama dari MaraÂca. “Kalau Bogor makin ramai, makin banyak yang datang ke sini, karena tempat ngopinya banyak, mereka jadi punya pilihan,” ujarnya sambil memaparkan beberapa fasilitas stanÂdard yang ditawarkan.
Salah satu fasilitasnya adalah Wi- Fi (Wireless Fidelity) yang memang disediakan sebagai bentuk dukungan terhadap para pengunjung, terutama bagi mereka yang sibuk supaya tetap dapat remote working, menjadikan Maraca sebagai salah satu pilihan unÂtuk outdoor dan indoor co-working space. Di samping itu juga tersedia mushola untuk beribadah, serta wastafel juga toilet. Bagi pengunjung yang mungkin hendak ibadah berjaÂmaah, tersedia pula mushola yang lebih besar di D’Palma GuestHouse yang banguÂnannya masih berada di area yang sama.
Saat ini kapasitas pengunÂjung Maraca adalah 10-15 orang untuk indoor, dan 15-20 orang untuk outdoor. Bimo pun menyamÂpaikan rencananya untuk menamÂbah area di bagian samping untuk menyiasatinya.
Untuk promo sendiri, MaraÂca bekerjasama dengan D’Palma menawarkan voucher 20 persen disÂcount bagi semua tamu dari GuestÂHouse tersebut, induk semang yang juga menyewakan tempat bagi coffee shop dengan koleksi buku untuk diÂbaca di tempat yang cukup lengkap. Ada sekitar 100 judul dengan berbÂagai macam jenis bacaan, mulai dari buku-buku sastra, filsafat, psikologi, sampai coloring book for adult pun tersedia di Maraca Books & CofÂfee, lengkap dengan pensil dan alat pewarna lainnya.
Beberapa menu andalan yang menjadi favorit bagi pengunjung Maraca antara lain ada V60 manual brew & Vietnam Drip untuk kopinya, Waffle Ice Cream, Croissant, & MufÂfin untuk cemilannya, serta Chicken Butter Rice untuk makanannya. Bagi mereka yang tidak minum kopi, bisa juga menikmati pilihan minuman lainnya seperti Ice Lychee atau Ice Peach Tea.
Dengan kisaran harga kopi dari Rp. 14.000– Rp. 25.000, cemilan dari Rp. 5.000-Rp. 26.000, sedangkan makanannya mulai dari Rp. 24.000, memantapkan konsep yang meÂmang menjadi pegangan awal mula berdirinya coffee shop ini, bahwa sesuatu yang berkualitas tidaklah haÂrus selalu mahal.
Usai obrolan singkat dan ringan tim liputan Bogor Today bersama Maraca Books & Coffee, ada pesan yang masih terus terngiang-ngiang sampai artikel ini ditulis. Yakni bagaimana menjadikan kopi IndoneÂsia sebagai tuan di negerinya sendiri. Seperti halnya yang dilakukan oleh Bimo dan kawan-kawan, untuk terus mendukung kopi dan juga petani Indonesia, demi kesejahteraan yang lebih baik bagi Kita semua. (*)