Kini, dunia digital tak bisa dihindari. Segmen bisnis pun mau tak mau ikut terdampak mengikuti era ini. Indonesia pun dinilai siap memasuki era e-commerce yang semaki hot belakangan ini.
Founder Kaskus, Andrew Darwis mengatakan, kesiapan tersebut perlu diimbangi dengan edukasi serta sosialisasi tentang e-commerce.
“Kalau dibilang ready, ya sudah ready, sebab orang IndoÂnesia masih rela untuk meluangÂkan waktunya untuk melakukan ekstra step ke mesin atm dalam melakukan transaksi. Hal ini kareÂna meragukan payment system-nya,†kata Andrew disela-sela acara Financial Technology HackÂathon di Ancol, Jakarta, Minggu (24/4/2016).
Perlunya edukasi dan sosialÂisasi ini agar masyarakat IndoneÂsia lebih mengenal e-commerce dinilai Andrew penting lantaÂran saat ini e-commerce sedang marak di Indonesia. Selain itu, poÂtensi e-commerce akan semakin modern dengan transaksi yang bisa mencapai miliaran rupiah.
Andrew yang juga menjadi juri dalam kompetisi Financial Technology Hackathon ini menÂgungkapkan harapan agar ke deÂpannya, aplikasi pembayaran dan keuangan bisa lebih banyak lagi. Sehingga semakin memudahkan masyarakat dalam melakukan transaksi.
Campur Tangan Asing
Pemerintah Indonesia tel merivisi Daftar Negatif Investasi (DNI) pada Februari 2016, yang turut membawa perubahan pentÂing bagi industri e-commerce Indonesia. Dalam revisi itu, meÂndapat kepemilikian atas e-comnyebutkan jika investor asing bisa merce lokal hingga 100 persen. Â
Direktur Veritrans yang meruÂpakan payment gateway untuk menÂdukung e-commerce di Indonesia dalam menerima pembayaran dari pelanggan, Budi Gandasoebrata mengatakan, masuknya investor asÂing ke dalam industri e-commerce hendaknya memang tidak diangÂgap sebagai ancaman, tapi harus dilihat sebagai kesempatan untuk mendapatkan manfaat.
“Dari sisi ilmu atau know-how, kita bisa belajar banyak dari para investor asing ini,†ujar Budi GandaÂsoebrata melalui keterangan tertulisÂnya dilansir Beritasatu.com.
Budi menambahkan, industri e-commerce di Indonesia masih memerlukan investasi asing karena selain mampu mendukung pemain lokal, kehadiran mereka juga bisa membuka jalan bagi pemain lokal untuk lebih dikenal oleh pemain global yang kaya akan pengalaman.
Hadirnya investor asing juga janÂgan dilihat dari masuknya investasi dalam bentuk uang semata, tetapi lebih jauh dari itu, pengetahuan dan wawasan mereka juga harus diserap.
Investor asing di mata Budi hanyÂalah jalan untuk membantu memÂbesarkan e-commerce lokal. Contoh paling jelas, menurut Budi, adalah Jack Ma dengan Alibaba-nya yang beÂgitu mendominasi di Tiongkok. “Di balik kesuksesan itu sebenarnya ada peran South Bank Japan dan Yahoo dari Amerika,†ujar dia.
Ia percaya, bagaimanapun peÂmain e-commerce lokal akan menÂjadi pemain paling berpengaruh di Indonesia. Ini didasari pada tingkat pengetahuan pemain lokal terhadap perilaku masyarakat di sekitarnya, budaya yang hidup, kebiasaan, serta kemampuan untuk memahami tunÂtutan dan kebutuhan pasar lokal.
“Yang diberikan oleh investor asÂing adalah sekadar ilmu atau know-how dari sisi manajemen teknologi, namun hal-hal terkait keperluan dan kebutuhan bisnis di negara asal serta solusi apa yang bisa dijual merupakÂan hal yang tidak bisa ditawarkan oleh pemain asing,†pungkasnya.
(Rishad/Net)