_MG_6161Berawal dari persa­habatannya, Fajar, Riedho, Deris, Ade, dan Awan memutuskan untuk membangun bisnis distro bersama. Dari keempat owner tersebut masing-masing memiliki tugas yang berbeda. Seperti Fajar, un­tuk strukturalnya dia yang paling tinggi karena donatur paling awal dan besar serta memiliki konveksi tugasnya bisa dibilang komisaris Voltage, untuk Awan dibagian penyablonan dan desain. Riedho, bertugas memegang tem­pat yang di Bogor. Ade, di Sukabumi, dan De­ris kepala konveksi.

Ide awal mendirikan Voltage ini dari Fa­jar, karena berteman dari SMA Fajar dan kawan-kawan sudah membuat rencana nanti­nya ingin mempunyai usaha bersama. “Modal Pertama kita dapatkan dari Bank, waktu itu modalnya Rp 100 juta dialokasikan untuk konveksi, dan toko. Karena Fajar sendiri su­dah memiliki ruko yang tidak tidak terpakai, ruko tersebut dulu bekas usaha foto copy, jadi kita manfaatkan untuk membuka toko sebagai usaha pertama, dan kita dapat mengirit penge­luaran karena tidak harus sewa ruko,” ungkap Riedho, kepada Bogor Today.

Sejak awal membuka Voltage pada Okto­ber 2012 di Cibadak, tiga bulan kemudian Volt­age membuka cabang kedua di Kota Sukabumi tepatnya di Jalan Kebon Jati. Seiring berjalan­nya waktu, tahun ke dua Voltage membuka kembali di Bogor. “Jadi kita buka di Bogor dari tahun 2014. Saat ini kita sudah memiliki lima outlet di Sukabumi, dan dua outlet untuk di Bogor,” lanjutnya.

Menurut Riedho, dalam menjual baju ra­mainya di bulan dekat dengan lebaran. Untuk antisipasi saat sepi, Voltage membuat event yang diberi nama Voltage Goes To School yang sudah berjalan dari tahun 2015.

“Kita merekrut seorang Event Organizer kawakan dari Sukabumi untuk memuluskan program ini, namanya Bang Murphy” ujar Riedho. Murphy menjadi ujuk tombak dari program ini, karena pengalaman nya di dunia event yang kurang lebih 10 tahun, mereka per­caya dengan adanya kinerja dari Murphy akan membuat program ini lebih efektif dan efesien.

“Istilahnya yang program Voltage Goes To School, kita pernah membuat acara sendiri dan background kita pemusik jadi istilahnya dulu di depan layar sekarang belakangan layar. Nah sekarang setiap eventnya kita yang menangani maksud dan tujuannya untuk merangkul siswa-siswa dalam membuat baju. Jadi setiap kita menangani event di Sukabumi, salah satunya di SMA Kota dengan total siswa 1500 membuat baju di Voltage sudah termasuk dalam anggaran. Jadi istilahnya siswa tinggal duduk manis saja untuk nonton. Untuk bin­tang tamunya sesuai permintaan dari sekolah ingin siapa. Untuk acara terakhir di Pakuan Bogor kita bawa Killing Me, kebetulan Ramen Giant Pakuan kita ajak kerja sama untuk kon­sumsi artis, umpan baliknya akan dibuatkan video,” kata Riedho.

Bertempat di Jalan Padi Nomor 9 Blok B Ruko Dornitory Kencana, Kota Bogor Voltage memiliki konsep distro dan clothing dengan memakai produk buatan sendiri. Voltage menjual beanie, ke­meja, flannel, tshirt, jeans, sweater, hoodie, jacket, syal, gelang, dan 5panel cap.

Dengan kisaran harga dari yang termurah boxer Rp 50.000-Rp 350.000 jaket, sedang­kan kaosnya sendiri Voltage menjual seharga Rp 120.000. Untuk kaosnya, Voltage meng­gunakan bahan 30’s combed. Dominannya Voltage menjual 90 persen untuk laki-laki, 10 persen wanita itu pun hanya berupa dompet, sendal, tshirt, dan cardigan.

Saat ini Voltage sedang memberikan promo cashback Rp 50.000 sampai bulan Mei khusus untuk pelajar. Namun jangan kuatir yang bu­kan pelajar akan mendapatkan diskon 15-25 persen. Jika berbelanja sampai Rp 300.000 berlaku kelipatan mendapatkan boxer gratis.

Karena mereka memiliki motivasi yang tinggi, mereka tidak ingin lama-lama dalam hal branding, Voltage mencoba membawa band luar pada acara festival musik di tahun per­tama Voltage Berdiri, event tersebut dihelat di Jakarta. “Waktu itu kita bawa band Chelsea Grin dari USA, dari situ selesai acara alham­dulillah efeknya clothing Jakarta dan Bandung tau, istilahnya untuk menaikkan pamor harus seperti itu. Jadi kita berani untuk investasi dalam hal branding. Untuk membuat acara sekitar Rp 250 juta,” terangnya.

Voltage menggunakan band-band luar un­tuk branding atau endorse baju produksi send­irinya. Seperti band Chelsea Grin (USA), The Devil Wears Prada (USA), Height (UK), Hand Of Mercy (AUS), Gorgasm, (USA), dan Disgorge (USA). “Kalau anak muda jaman sekarang dili­at dulu dari endorsenya siapa yang makai baru dia tertarik membeli,” katanya.

Kelebihan lainnya, di dsitro lain mungkin bisa membuat baju sesuai permintaan pelang­gan, namun distro lain tidak memi­liki konveksi sendiri jatuh­nya mahal. “Kalau kita sudah me­m i l i k i konveksi sendiri pasti harganya jauh lebih murah,” jujurnya.

Hanya cukup minimal order dua lusin Anda bisa memesan baju sesuai keinginan. Satu bajunya dihargai Rp 60.000 sudah terma­suk sablon. “Untuk proses kekuatan konveksi kita bisa dikejar 1000 pcs dalam satu minggu,” tambahnya.

Dengan jam operasional pukul 09.00- 22.00 WIB. Setiap bulan, Voltage dapat me­raup omset untuk wilayah Bogor jika sepi hanya Rp. 10 juta, sedangkan sepi sekali Rp 5 juta. Omset menjelang lebaran Voltage dapat meraup Rp. 200 juta. “Biasanya bulan Janu­ary sampai Maret itu sangat sepi,” tandas­nya. (*)

============================================================
============================================================
============================================================