Belakangan kasus-kasus pemerkosaan yang disertai tindakan sadis mewarnai pemberitaan media Tanah Air. Bukan tak mungkin, pemberitaan itu memunculkan rasa penasaran anak yang masih balita ataupun yang baru masuk sekolah dasar. Lalu bagaimana sebaiknya orang tua menyikapinya
Oleh : Latifa Fitria
[email protected]
Menurut psikolog anak dan remaja dari RaQQi – Human Development & Learning Centre, Ratih Zulhaqqi, penjelasan tentang pemerkosaan keÂpada anak berbeda-beda, tergantung usianya. Sebab jika anak masih terlalu kecil, lalu mencetuskan perÂtanyaan, “Mama, perkosaan itu gimana sih?†lalu dijelasÂkan dengan detail tentu tidak cocok.
“Mungkin kalau untuk usia dini seperti itu dikasih tahu kalau pemerkosaan itu merebut hak seseorang,†kata Ratih.
Sementara itu menurut psikolog keluarga Anna Surti Ariani, MPsi, ketika anak menanyakan soal perkosaan bisa menjadi sarana untuk sekaligus mengajarkan pendidikan seksual sejak dini. Selain itu juga mengajarkan pada anak agar lebih mengenal tubuhnya.
“Juga mengetahui sentuhan orang kepada dia itu senÂtuhan sayang atau tidak. Lalu mereka juga sudah paham bagian-bagian mana yang dilarang sentuh misalnya bagian kelamin, pantat, bibir, dan bagian dada pada perempuan,†terang perempuan yang akrab disapa Nina ini.
Sebenarnya, kata Nina, pendidikan seks yang sederhaÂna sudah dilakuÂkan orang tua sejak anaknya masih bayi. Ini dilakukan ketika orang tua menyebut bagian tubuh anak keÂtika sedang membersihkan popoknya. “Misalnya ibu sambil bilang, ‘Mama bersihkan ya vagina atau penisnya’,†imbuhnya.
Pada batita dan balita, sebaiknya dibiasakan unÂtuk mengganti baju di ruangan tertutup. Beri tahu pula pada si kecil, jika ada orang yang memegang bagian terlarang mereka, maka sebaiknya berteriak atau mencari bantuan orang dewasa lainnya. Upaya perlawanan bisa pula diajarkan pada anak, misalÂnya dengan menendang atau memukul alat vital orang yang berusaha memeÂgang bagian intim tuÂbuh mereka.
“Anak dan orang tua perlu pengeÂtahuan agar anak perempuan tidak menjadi korban penÂcabulan dan anak laki-laki tidak jadi pelaku pemerkosaan. SeÂbenarnya bisa saja anak laki-laki yang jadi korban, tetapi persentasenya lebih sedikit,†ujar Nina.
Bagi Halaman