BANK Indonesia (BI) memperkirakan inflasi Mei 2016 ada di level 0,1 persen. Angka survei minggu ketiga itu meningkat dibandingkan bulan lalu yang tercatat deflasi 0,45 persen.
Oleh : Yuska Apitya
[email protected]
Kemarin (April) kan habis deflasi. Inflasi 0,1 persen kan kecil masih di bawah target 4 persen year-on-year,†tutur Juda Agung, Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI di Jakarta, kemarin.
Menurut Juda, inflasi musiman tersebut dipicu oleh harÂga bahan pangan (volatile food) yang biasa naik menjelang ramadan dan perayaan lebaran. “Inflasi ini harus dikendaÂlikan. Tahun lalu, inflasinya bagus, kami bisa mengendalÂikan inflasi volatile food jelang lebaran,» ujarnya.
Jelang ramadan tahun lalu, BI mencatat terjadinya inÂflasi 0,5 persen. Sementara, inflasi Juni 2015 ada di level 0,54 persen.
Lebih lanjut, Juda mengungkapkan bank sentral akan terus berkoordinasi dengan pemerintah baik di tingkat pusat melalui Tim Pemantauan dan PengendalÂian Inflasi (TPI) maupun daerah melalui Tim PemanÂtauan dan Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) guna mengendalikan harga jelang lebaran.
“Mulai tahun ini, dengan upaya baik di pusat maupun di daerah, TPI, TPID, semua dikerahkan unÂtuk mengendalikan agar harga-harÂga tidak naik menjelang lebaran,†ujarnya.
Sebagai informasi, tahun ini, BI menargetkan inflasi ada di level 4 plus minus 1 persen. Sementara, pemerintah mengasumsikan inflasi sepanjang 2016 ada di level 4,7 persÂen dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016. Tahun lalu, inflasi nasional tercatat 3,35 persen.
Presiden Joko Widodo ( Jokowi) juga meminta ratusan kepala daerah untuk membantu pemerintah pusat dalam menjaga laju inflasi. Sebab Jokowi bilang dengan terjaganya tingkat inflasi maka hal ini akan membuat harga bahan pokok bisa dikendalikan.
“Masalah inflasi, harga baÂhan pokok diawasi (oleh kepala daerah),â€ujar Jokowi di Istana NegaÂra, pekan kemarin.
Jokowi mengatakan, untuk konÂtrol inflasi di daerah bisa dilakukan melalui tim pengendali inflasi daeÂrah (TPDI). Sementara, pemerintah daerah ujarnya, bisa berpartisiÂpasi dengan mengecek harga yang berkaitan dengan bahan pokok sepÂerti misalnya cabe, beras atau jagÂung. “Terkait bahan pokok kita cek semua. Inflasi diharapkan di bawah 5 misalnya seperti kemarin 3,3,†kata Jokowi.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini menjelaskan tingkat inflasi mesti lebih rendah dari tingkat pertumbuÂhan.
Dia menyontohkan misalnya kaÂlau nilai pertumbuhan di angka 5 maka inflasi semestinya di angka 3. Dengan perhitungan demikian, kaÂtanya, rakyat akan mendapat keunÂtungan karena harga lebih murah dan stabil.
Sementara jika tingkat inflasi beÂrada di angka 8 sementara pertumÂbuhan 5, maka rakyat akan mengalaÂmi kerugian sebanyak 3 persen.
Selain itu, Jokowi juga meminta para kepala daerah untuk memanÂtau pihak-pihak tertentu yang ingin melakukan upaya penimbunan baÂrang pokok. «Kalau ada menumpuk, tegor, jangan menumpuk barang poÂkok. Kalau enggak, langsung tangÂkap,» ujarnya tegas.
Badan Pusat Statistik (BPS) menÂcatat penurunan harga beras pada Bulan Mei 2016 dibandingkan denÂgan bulan sebelumnya. Seiring denÂgan masa panen raya yang masih berlangsung sejak bulan lalu. “BeÂras, relatif turun. Beras kan kemarin musim panen, jadi sekarang banyak giling,†ungkap Sasmito Hadi WiÂbowo, Deputi Bidang Statistik DistriÂbusi dan Jasa BPS di Istana Negara, Jakarta, Rabu (25/5/2016).
Hal yang sama juga berlaku terÂhadap cabai yang mengalami penuÂrunan dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sementara harga bawaÂng merah dan daging ayam naik. “Bawang (merah) dan daging ayam naik. Tetapi cabai dalam posisi turun dibandingkan April,†jelasnya.
Diperkirakan pada Mei 2015, akan terjadi inflasi yang tidak terlalu besar. Menurut Sasmito, hal tersebut cukup biasa menjelang masuknya bulan Ramadhan. «Inflasi Mei agak relatif aman, tidak besar. Kalau pun inflasi tidak besar lah,» papar SasÂmito.(*)
Bagi Halaman