“Kami harus sering mengawasi ter­kait kenaikan harga dalam menghadapi bulan Ramadan. Untuk masyarakat luas di Kota Bogor juga harus saling berkoor­dinasi dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor apa saja lang­kah-langkah yang harus disinergikan agar harga stabil di pasaran,” kata Sri, kemarin.

Sri berharap, stabilnya harga dapat bertahan hingga Ramadan mendatang hingga jelang Idul Fitri. Namun, biasan­ya jika harga daging sapi, telur ayam dan daging ayam, tren-nya akan naik jelang lebaran.

Hal yang sama diungkapkan Kepala Pasar Jambu Dua, Maradona. Menurut­nya, harga daging sapi di Pasar Jambu Dua memang berbeda dengan Pasar Gu­nung Batu yaitu Rp105 ribu per kilogram. Hal tersebut disebabkan Pasar Jambu Dua adalah Pasar Induk. “Ramadan 1437 H tinggal hitungan hari, kami meminta kerja sama dengan beberapa pihak, khu­susnya pemerintah daerah untuk mem­berikan tempat atau lokasi penyimpanan sembako menjelang bulan suci Ramadan agar mudah diawasi,” katanya.

BACA JUGA :  Pengurus BPPD Kota Bogor Dilantik, Bima Arya Beri Masukan Ini

Lebih lanjut kata Maradona, pi­haknya sedang menata dan mengatur strategi agar Ramadan tahun ini Pasar Jambu Dua dapat mengakomodir kebu­tuhan masyarakat Kota Bogor, khusus­nya masyarakat di wilayah Jambu Dua.

Maradona mengakui akan ada oknum-oknum nakal yang mencari kesempatan untuk spekulasi menum­puk sembako serta mempermainkan harga. Oleh karena itu, pihaknya me­minta kerja sama kepada pihak terkait seperti Dinas Perindustrian dan Perda­gangan (Disperindag) Kota Bogor dan kepolisian. ”Lonjakan harga sembako akan terjadi seperti tahun-tahun sebe­lumnya. Sehingga perlu pengawasan menyeluruh, ” imbuhnya.

Terpisah, Pengamat pertanian In­stitut Pertanian Bogor Dwi Andreas mengatakan, kenaikan harga pangan menjelang bulan Ramadhan merupak­an sesuatu yang tidak bisa dihindari. Menurut dia, hal ini akan selalu menjadi tren setiap tahun selama produksi pan­gan tidak bisa ditingkatkan. “Kenaikan harga pangan, khususnya nonberas, ti­dak bisa dihindari,” kata Dwi, kemarin.

BACA JUGA :  Minum Air Garam Bisa Atasi Kelebihan Air dalam Tubuh, Benarkah? Simak Ini

Dwi mengatakan, permasalahan kenaikan harga pada musim-musim tertentu seperti Ramadhan tidak bisa diselesaikan dalam jangka pendek. Dibutuhkan usaha jangka panjang agar bagaimana produktivitas pertanian dalam negeri bisa terus meningkat.

“Harga itu selama stok memadai, tidak akan bergejolak. Karena harga ter­bentuk dengan sendirinya,” ucapnya.

Dia mengatakan, kenaikan harga pangan selain beras disebabkan karena para pelaku usaha dan para produsen ingin memanfaatkan momentum Rama­dhan untuk mendapatkan keuntungan lebih. Selain itu juga karena ada tinggin­ya permintaan dan permasalahan stok.

(Rishad Noviansyah|Yuska Apitya)

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================