BANK Indonesia (BI) disinyalir berencana memberikan disinsentif kepada bank yang cenderung malas menyalurkan kredit untuk nasabah baru.
Oleh : Winda Herviana
[email protected]
Namun melihat rencana tersebut, Ekonom BCA, David Sumual menilai bahwa disintensif untuk perbankan belum tepat jika dilakukan di saat pertumbuÂhan perekonomian sedang melemah.
“Melihat perekonomian melemah, bank juga agak riskan memberikan kredit karena ada pelemahan ekoÂnomi. Takutnya ini membuat kredit macet semakin berÂtambah†ujar Sumual, MinÂggu, (29/5/2016).
Selain memperhitungkan peningkatan kredit macet, Sumual menilai bahwa maÂsyarakat saat ini masih kesuliÂtan mencari peluang bisnis di saat pelemahan ekonomi. Hal ini dinilai membuat banyak pelaku usaha yang baru maÂsih sedikit yang bermunculan. Hasilnya kredit yang diberikan bank masih cenderung kepada pelaku usaha besar.
Menurutnya, BI dan pemerintah seÂharusnya memberikan insentif lain keÂpada bank maupun masyarakat sehingga mereka mau memanfaatkan kredit meÂlalui kredit usaha rakayat (KUR), atau mencari segmentasi lain yang bisa meÂnyerap KUR agar menstimulus pertumÂbuhan ekonomi.
Ekonomi dari Permata Bank, Josua Pardede menuturkan bahwa keinginan pemerintah untuk meningkatkan perÂtumbuhan usaha mikro kecil dan MenanÂgah (UMKM) melalui suntikan KUR meÂmang masih sulit dikembangkan. Hal ini dikarenakan kondisi perekonomian di seluruh sektor masih belum stabil.
“Hal ini berdampak pada premium risiko yang meningkat seiring dengan NPL (Nonperforming Loan/ kredit berÂmasalah) yang meningkat. Sehingga penurunan dari suku bunÂga kredit juga tidak secepat dari penurunan BI Rate yang sejauh ini sudah turun 75 bps,†kata Josua. (net)
Bagi Halaman