“Makanya yang sewa ini se­cara bertahap akan kita hilang­kan. Tapi bukan tahun ini semua dihilangkan, kan kontraknya ma­sih ada dan berbeda-beda. Jadi tidak semuanya sewa itu putus tahun ini,” imbuh dia.

Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo menjelaskan, penghematan anggaran satelit hingga 40 persen ini merupakan hitungan secara kasar. Alasan­nya, biaya sewa satelit setiap ta­hunnya meningkat. Sayangnya, masa pakai sewa satelit sendiri hanya tahunan, sementara BRI­sat bisa digunakan hingga 17 ta­hun.

“Biaya komunikasi sebelum ada BRIsat itu Rp 500 miliar setahun, kalau dengan BRI­sat investasi Rp 3,37 triliun dan masa pakai 15-17 tahun. Makanya sebagian besar diambil BRIsat yang bisa mengurangi (angaran) se­cara kasar 40 persen. Dari sebelumnya Rp 500 miliar berkurang jadi kurang leb­ih Rp 300 miliar,” ungkap Haru.

BACA JUGA :  Lahirkan Generasi Emas pada 2045, Siti Chomzah Ajak Kepala PAUD se-Kabupaten Bogor Optimalkan Gerakan Transisi PAUD SD 

Direktur BRI, Zulhelfi Abidin mengungkapkan, BRIsat yang akan diluncurkan memiliki se­banyak 45 transponder ekuiva­len 54 transponder. Konfigurasi frekuensi sebanyak sembilan unit transponder merupakan KU band sehingga menjadi 18 unit karena memiliki kekuatan mesin 72 Mega Hertz (MHz). 36 transponder lainnya menggu­nakan frekuensi C band dengan kekuatan mesin frekue­nsi standar, yakni 36 MHz.

BACA JUGA :  Pj.Bupati Bogor : Peringatan Nuzulul Quran Jadi Refleksi Pengamalan Nilai Al Qur’an Dalam Kehidupan Sehari-Hari

“Biasanya kan satu t r a n ­sponder itu punya kekuatan frekuensi 36 MHz, jadi yang khusus KU (band) itu kan ada sembilan yang kemampuannya setara 18 (transponder biasa). Penggabungan menjadi dua itu menghemat berat satelit sehing­ga bisa menambah masa pakai satelit dua tahun jadi 17 tahun,” tutup Zulhelfi. (net)

 

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================