KEMANG, TODAY– Warga KeÂcamatan Kemang menggelar “tawassul†alias pemanjatan doa bagi para leluhur serta “isÂtigotsahâ€, yakni doa memohon pertolongan kepada Allah demi keselamatan dan kemajuan maÂsyarakat Bogor.
Ketua Yayasan At-Tawassuth, Ahmad Fahir mengatakan, peÂmanjatan doa bagi para leluhur Sunda Bogor tersebut dilakukan sebagai wujud syukur dalam memÂperingati “milangkala†atau Hari Jadi Bogor (HJB) ke-534, 3 Juni lalu.
“Setiap tanggal 3 Juni Kota dan Kabupaten Bogor selalu merayÂakan sejarah kelahiran Bogor. PerÂayaan ini sebagai ungkapan syukur kepada Allah serta bentuk terima kasih kepada para leluhur atas apa yang sudah dicapai Bogor dalam berbagai fase sejarah panjang perÂjalanan,†ujar Fahir.
Menurut dia, pengambilan tanggal 3 Juni sebagai Hari Jadi Bogor, merujuk pada peristiwa monumental penobatan Sri BaÂduga Maharaja Prabu Siliwangi sebagai Maharaja Sunda Pakuan Pajajaran, Bogor, pada 3 Juni 1482 Masehi silam. Peristiwa berseÂjarah ini dinilai sebagai tonggak penting yang perlu diperingati sebagai tanda kelahiran Bogor.
“Sejatinya peradaban Bogor telah berusia ribuan tahun. Bila merujuk pada Situs peradaban kerajaan-kerajaan tertua NusanÂtara yang berpusat di Bogor, setiÂdaknya Bogor telah berusia hamÂper 2.000 tahun. Kerajaan Salaka Nagara sebagai induk kerajaan-kerajaan Sunda dan kerajaan lainnya di Nusantara, eksis sejak tahun 130 Masehi,†paparnya.
Sedangkan bila merujuk situs peradaban megalitikum Salaka Domas yang terletak di Cibalay, Gunung Salak, peradaban Bogor telah berusia 6.000 tahun lebih. Hasil penelitian ilmuwan sejak tahun 1800-an, batu-batu megaÂlitikum Gunung Salak berusia lebih dari 6.000 tahun, sebagai peradaban terkuno baik di NusÂantara maupun Asia.
Pengambilan tanggal 3 Juni 1482 sebagai HJB, sebagai benÂtuk penghormatan tertinggi keÂpada maharaja Prabu Siliwangi, mengingat beliau sebagai peletak dasar pembangunan Bogor yang jejaknya lebih mudah dijumpai masyarakat. Selain itu, Prabu Siliwangi juga dipandang sebagai sosok raja terbesar yang adil dan bijaksana serta paling dikenal bangsa Indonesia.
Tom Pires, seorang Penjelajah Nusantara berkebangsaan PortuÂgis, bersama 4 buah kapal dagang Portugis, yang sedang berlabuh di pantai utara Jawa, lalu kemudian singgah di Padjajaran pada 1513 Masehi mencatat bahwa, masyaraÂkat Sunda hidup sejahtera dan makmur di bawah kepemimpinan Prabu Siliwangi, seorang raja yang adil dan bijaksana dalam memerÂintah segenap rakyatnya.
Pada HJB ke-534, 3 Juni 2016, Fahir menggagas “tawassul†di tiga lokasi yang diikuti ratusan orang peserta, yakni di Yayasan At-Tawassuth, Desa Bojong, KeÂcamatan Kemang; Padepokan Ki Raksa Bumi, Desa PondokuÂdik, Kecamatan Kemang, serta Pesantren Ar-Ruhama, KeluraÂhan Padasuka, Kecamatan CioÂmas, Kabupaten Bogor.
“Tawassul dan munajat ini, seÂbagai ikhtiar do’a agar Prabu SiliÂwangi dan para pemimpin Sunda Bogor terdahulu diterima amal ibadahnya oleh Allah SWT. Kami juga mendoakan, agar Bogor dan Indonesia selalu dilindungi oleh Allah sebagai negeri yang damai dan maju,†terang dia.
Pimpinan Padepokan Ki Raksa Bumi, Desa Pondok Udik, KecaÂmatan Kemang, Ustadz Ahmad Suhadi menambahkan, “tawassul†HJB ke-534 yang digelarnya diikuti 80 orang peserta, Jumat (3/5).
“Kami aktif menggelar doa dan istigotsah atau meminta perÂtolongan kepada Allah saat HJB. Doa ini sebagai tanda syukur nikmat kepada para pemimpin Sunda Bogor terdahulu atas apa yang sudah mereka sumbangkan untuk membangun masyarakat serta diwariskan hingga generasi sekarang,’ terang Suhadi.
Ahmad Suhadi mendoakan, agar wilayah Bogor dan NusantaÂra pada umumnya selalu dinaugi keberkahan dan rahmat Allah swt, agar menjadi negeri yang daÂmai, adil dan makmur.
Pengasuh Pesantren Ar-Ruhama, Kelurahan Padasuka, Ciomas, KH Saepul Millah mengatakan, kegiatan “tawassul†memperingati Hari Jadi Bogor ke-534 diikuti 50 orang santri Ar-Ruhama.
“Setiap tahun kami bersama Yayasan At-Tawassuth selalu memperingati Hari Jadi Bogor,†papar Saepul.
Selain peringatan HJB, Saepul juga selalu memperingati Haul Prabu Siliwangi setiap akhir DeÂsember, sebagai wujud syukur dengan mendoakan orang tua. “Kita tidak akan lahir ke muka bumi tanpa adanya orang tua atau leluhur,†ungkapnya. (*)
Bagi Halaman