47kursi-kadesBERKAITAN akan berakhirnya jabatan Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti yang akan pensiun pada Juli 2016, saat ini telah ramai diperbincangkan di berbagai media cetak maupun elektronik, tak heran berbagai spekulasi dan analisa dari berbagai kalangan baik politisi, pejabat, pengamat maupun lembaga swadaya lainnya memunculkan beberapa nama Jenderal Polisi sebagai calon pengganti Kapolri yang dinilai pantas dan cocok menduduki kursi nomor 1 di institusi Kepolisian tersebut.

Oleh: KOMPOL ARMAN, SIK, MSI
Peserta didik di Sespimmen Polri

Dikarenakan kursi jabatan Kapolri adalah salah satu jabatan yang strat­egis sehingga sangat seksi untuk diperbincangkan. Beberapa calon Kapolri yang disebutkan oleh berbagai media antara lain Komjen Pol Budi Gu­nawan, Komjen Pol Dwi Prayitno, Komjen Pol Budi Waseso, Komjen Pol Suhardi Alius, Komjen Pol Syafruddin dan Komjen Pol Tito Karnavian.

Namun penulis tidak akan membahas calon-calon Kapolri tersebut, penulis lebih mem­fokuskan kepada jabatan Ka­polri ditinjau dari perspektif Motivasi dan Kepemimpinan. Motivasi dan Kepemimpinan Motivasi merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan situa­si tertentu yang dihadapi. Menu­rut Robbins (2001) menyatakan definisi dari motivasi yaitu kes­ediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi yang dikondisi­kan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi beberapa kebu­tuhan individual.

Sedangkan menurut Son­dang P. Siagian sebagai-mana dikutip oleh Soleh Purnomo (2004) menyatakan bahwa mo­tivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk menggerakkan kemam­puan dalam bentuk keahlian atau ketrampilan, tenaga dan waktu­nya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menun­aikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya. Berbicara tentang motivasi tentu­nya adanya tujuan untuk memo­tivasi yang lebih baik, yang meru­pakan tujuan motivasi itu sendiri yaitu agar tidak terjadinya peny­impangan dan pergeseran dari tujuan semula.

Bertitik tolak dari tujuan ke­polisian sesuai dengan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri, maka hal yang berkaitan dengan motivasi dalam kepemimpinan adalah dalam rangka tertib dan tegaknya hukum dalam rangka mewujudkan pemer­intah yang bersih dan berwibawa, sebagaimana dia­manatkan dalam Undang-Undang No. 28 tahun 1999 tentang Penyeleng­garaan Negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

Dalam mo­tivasi kepe­mimpinan ada beberapa hal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam menjalankan manajemen di kes­atuannya, antara lain: Kepercayaan, Hubungan, dan Kepemimpinan. Dalam hal kepercayaan, akan menum­buhkan dan mengembangkan kepercayaan itu sendiri meli­puti, integritas, kejujuran, te­ladan, keterbukaan dalam berkomunikasi (ter­masuk jangan meny­embunyikan kabar buruk), berpegang pada prinsip namun tetap fleksibel, setia dalam hal-hal kecil, dapat diandalkan, jaga rahasia, akui kesalahan, minta maaf dan jangan diulangi, serta apa adanya bukan ada apanya. Proses kepemimpinan secara singkat sering dikatakan sebagai cara untuk mencapai tujuan me­lalui orang lain.

BACA JUGA :  DARI PREMAN TERMINAL, SEKDES HINGGA ANGGOTA DPRD PROVINSI JABAR

Orang lain disini bisa diarti­kan sebagai orang-perorang, atau sekelompok orang. Akan tetapi karena orang banyak itu terdiri dari individu dengan kebutuhan yang bervariasi, diperlukan kiat-kiat khusus untuk mengatur su­paya kebutuhan, keinginan, dan kepentingan yang bermacam-macam tersebut bisa terakomo­dasi sehingga timbul dorongan atau motivasi untuk secara mandiri bekerja mencapai tu­juan pribadi maupun kelompok. Dalam proses kepemimpinan, motivasi merupakan sesuatu yang esensial dalam kepemimpi­nan, karena memimpin adalah mempengaruhi dengan motivasi.

Seorang pemimpin harus bekerja bersama-sama dengan orang lain atau bawahannya, un­tuk itu diperlukan kemampuan memberikan motivasi kepada bawahan. Kepemimpinan mem­punyai kaitan yang erat dengan motivasi, sebab keberhasilan seorang pemimpin dalam mengger­akkan orang lain dalam menca­pai tujuan yang telah ditetapkan sangat bergantung kepada kewibawaan, dan juga pemimpin itu di dalam menciptakan motivasi di dalam diri setiap orang bawa­han, kolega maupun atasan pe­mimpin itu sendiri.

Seorang pemimpin memoti­vasi pengikut melalui gaya kepe­mimpinan tertentu yang akan menghasilkan pencapaian tujuan kelompok dan tujuan individu. Pengikut yang termotivasi akan berusaha mencapai tujuan se­cara sukarela dan selanjutnya menghasilkan kepuasan. Kepua­san mengakibatkan kepada perilaku pencapaian tujuan yang diulang kembali untuk mencapai tujuan atau memenuhi kebutu­han di masa yang akan datang. Motivasi dalam Kepemimpinan yang dibahas dalam tulisan ini adalah kekuatan atau daya dorong yang menggerakkan sekaligus mengarahkan kehendak, perilaku seseorang dan segala kekuatan­nya untuk mencapai tujuan yang diinginkannya, yang muncul dari keinginan memenuhi kebutu­hannya. Motivasi timbul karena adanya kebutuhan yang ingin dipenuhi. Kebutuhan ini menim­bulkan keinginan dalam diri ses­eorang untuk memenuhinya.

Disini kebutuhan dapat dilihat sebagai kekurangan (de­fisiensi) yang dialami individu pada waktu tertentu. Kekuran­gan-kekurangan merupakan pe­micu timbulnya keinginan dan perilaku untuk meresponnya. Sebenarnya kalau ditelusuri lebih dalam, motivasi bukan saja kare­na adanya kebutuhan, melain­kan lebih karena adanya harapan akan dapat dipenuhinya kebutu­han itu.

Kepemimpinan merupakan faktor utama sebagai penentu dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Dengan kata lain, ber­hasil atau tidaknya pencapaian tujuan suatu organisasi tergan­tung dari bagaimana kepemimpi­nan itu dapat diimplementasikan dengan baik di lingkungan organ­isasinya.

Berbagai teori menjelaskan mengenai konsep kepemimpi­nan, namun demikian yang menjadi objek dalam kepemimpinan itu send­iri yaitu figur seorang pemimpin. Pemimpin adalah orang yang berada pada baris terdepan dalam memperjuangkan dan melaksanakan perubahan dalam organisasi yang dipimpinnya menuju ke arah yang lebih baik. Seorang pemimpin yang mempu­nyai fungsi utama sebagai peng­gagas perkembangan dan pem­belajaran juga harus memiliki kemampuan untuk berpikir global dan bertindak lokal yaitu mampu membuahkan pe­mikiran yang besar dengan memulai langkah-langkah kecil untuk mencapainya.

BACA JUGA :  JELANG LAGA MALAM INI, TIMNAS VS AUSTRALIA

Kepemimpinan Kapolri hendaknya adalah Kepemimpi­nan Visioner yaitu seorang pe­mimpin yang harus bisa menjadi penentu arah, agen perubahan, juru bicara dan pelatih. Oleh karena itu seorang pemimpin vi­sioner harus: 1) menyusun arah dan secara personal sepakat un­tuk menyebarkan kepemimpinan visioner ke seluruh organisasi. 2) memberdayakan para karyawan dalam bertindak untuk menden­gar dan mengawasi umpan balik. 3) selalu memfokuskan perhatian dalam membentuk organisasi mencapai potensi terbesarnya.

Pada masa sekarang yang kompleks dan ketidak pastian terus meningkat, maka siapapun yang nantinya akan menjadi Ka­polri akan jauh lebih sulit dan ma­salah yang dihadapi lebih banyak dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Dengan berbagai permasalahan tersebut, Kapolri harus mampu menjadi inspiratif mengubah dan memperbaharui organisasi serta membangkitkan semangat dan memberikan moti­vasi kepada anggota. Agar organ­isasi dapat berkembang, diper­lukan kepemimpinan yang kuat, yaitu pemimpin yang ulet dan percaya pada kemampuannya, berani mengambil risiko, lugas dan bersemangat serta mampu memberikan inspirasi dan do­rongan.

Seorang pemimpin harus mempunyai sikap, sikap yang dibutuhkan agar dalam proses sebagai pemimpin, ia bisa men­empatkan diri dan mengerti bagaimana seorang pemimpin harus bertindak. Setelah mem­punyai kuasa, seorang pemimpin harus tegas memimpin organ­isasinya. Ketegasan adalah salah satu bentuk tanggungjawab seorang pemimpin. Tanpa tang­gungjawab, seorang pemimpin tidak akan bisa mengendalikan organisasinya.

Robert C. Miljus meyebutkan tanggungjawab pemimpin adalah sebagai berikut: Menentukan tujuan pelaksanaan kerja yang realistis. Melengkapi para bawa­han dengan sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya. Mengkomunikasikan kepada bawahan tentang apa yang diharapkan dari mereka. Memberikan susunan hadiah yang sepadan untuk mendorong prestasi. Mendelegasikan we­wenang apabila diperlukan dan mengundang partisipasi apabila memungkinkan. Menghilangkan hambatan untuk pelaksanaan pekerjaan yang efektif. Meni­lai pelaksanaan pekerjaan dan mengkomunikasikan hasilnya.

Menunjukkan perhatian ke­pada para bawahan. Oleh karena itu, siapapun yang nantinya men­jadi Kapolri pengganti Jenderal Polisi Badroddin Haiti diharapkan dapat memenuhi kriteria terse­but diatas mengingat di lingkun­gan organisasi Polri yang akan dipimpinnya terdapat harapan yang diinginkan setiap anggota yang menjadi bawahan terhadap pimpinannya yaitu mampu bersi­kap maupun berinteraksi dengan mendasari butir-butir etika kepe­mimpinan sebagai perwujudan dari paradigma baru Polri yang dapat memotivasi dan menjadi suri tauladan bagi anggotanya untuk bersama-sama mencapai tujuan organisasi Polri dan dicin­tai masyarakat. (*)

 

Bagi Halaman
============================================================
============================================================
============================================================