Kementan juga membuat terobo­san baru dengan mempercepat dis­tribusi daging dari feedloter (tempat penggemukan sapi) langsung ke Toko Tani Indonesia (TTI) dan juga kop­erasi. Sebelumnya distribusi daging sapi harus melewati beberapa tahap mulai dari peternak, feedloter, rumah pemotongan hewan, pedagang besar, hingga ke pedagang di pasar.

Pada umumnya peningkatan har­ga daging sapi meningkat di setiap titik perpindahan distribusi. Peternak yang telah memelihara dan merawat sap­inya menjual hewan ternaknya dikirim ke feedloter untuk ditambahkan bobot badannya sebelum dipotong di Rumah Pemotongan Hewan (RPH).

BACA JUGA :  Sah jadi WNI, Maarten Paes Target Main di Piala Dunia 2026

Kemudian para pedagang besar memborong daging sapi di RPH dan menjualnya lagi ke pedagang-peda­gang kecil di pasar. Panjangnya rantai pasok ini disinyalir menjadi penyebab utama tingginya harga daging sapi di pasar, yaknid mencapai Rp 120.000/kg. Padahal pemerintah menargetkan harga daging Rp 80.000/kg saat puasa dan Lebaran.

Pemangkasan rantai pasok ini di­lakukan untuk meminimalisir terjadinya gejolak harga daging sapi di pasar saat puasa dan Lebaran. “Jadi nanti feedlot­er itu langsung ke satu titik, katakanlah ke toko tani, koperasi, dan seterusnya terus ke masyarakat sehingga rantai pa­soknya pendek,” jelas Amran.

BACA JUGA :  Wilayah Garut Diguncang Gempa M 6,5, Getaran Terasa Hingga Bogor

Disinggung mengenai hilangnya peran RPH dalam rantai distribusi, Am­ran enggan merinci pihak mana yang akan bertanggungjawab memotong sapi hingga menyalurkan ke pedagang. Menurutnya yang terpenting saat ini adalah harga daging sapi di pasar bisa dijangkau oleh masyarakat.

(Yuska Apitya Aji)

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================