Kementan juga membuat teroboÂsan baru dengan mempercepat disÂtribusi daging dari feedloter (tempat penggemukan sapi) langsung ke Toko Tani Indonesia (TTI) dan juga kopÂerasi. Sebelumnya distribusi daging sapi harus melewati beberapa tahap mulai dari peternak, feedloter, rumah pemotongan hewan, pedagang besar, hingga ke pedagang di pasar.
Pada umumnya peningkatan harÂga daging sapi meningkat di setiap titik perpindahan distribusi. Peternak yang telah memelihara dan merawat sapÂinya menjual hewan ternaknya dikirim ke feedloter untuk ditambahkan bobot badannya sebelum dipotong di Rumah Pemotongan Hewan (RPH).
Kemudian para pedagang besar memborong daging sapi di RPH dan menjualnya lagi ke pedagang-pedaÂgang kecil di pasar. Panjangnya rantai pasok ini disinyalir menjadi penyebab utama tingginya harga daging sapi di pasar, yaknid mencapai Rp 120.000/kg. Padahal pemerintah menargetkan harga daging Rp 80.000/kg saat puasa dan Lebaran.
Pemangkasan rantai pasok ini diÂlakukan untuk meminimalisir terjadinya gejolak harga daging sapi di pasar saat puasa dan Lebaran. “Jadi nanti feedlotÂer itu langsung ke satu titik, katakanlah ke toko tani, koperasi, dan seterusnya terus ke masyarakat sehingga rantai paÂsoknya pendek,†jelas Amran.
Disinggung mengenai hilangnya peran RPH dalam rantai distribusi, AmÂran enggan merinci pihak mana yang akan bertanggungjawab memotong sapi hingga menyalurkan ke pedagang. Menurutnya yang terpenting saat ini adalah harga daging sapi di pasar bisa dijangkau oleh masyarakat.
(Yuska Apitya Aji)