BISNIS rokok tampaknya tak dapat dihentikan oleh pemerintah meskipun banyaknya aturan dan hukuman yang diberlakukan bagi yang kedapatan merokok tetapi tetap saja rokok itu menjadi bagian hidupnya manusia. Banyaknya pendapat tentang rokok bagi yang pencinta rokok mengaburkan persepsi buruk akan rokok. Ada yang mengatakan jika tidak merokok maka tak pula bisa berpikir jernih, ada juga yang mngatakan lebih baik tak makan daripada tak merokok. Ini sebuah pernyataan yang keliru dari hati seseorang untuk tetap melindungi perilaku buruknya terhadap rokok.
Oleh: BAHAGIA, SP., MSC. SEDANG S3 IPB
Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan IPB
Sama pula halnya dengan imbauan pemerintah yang melarang daerahnya untuk tak boleh ada asap rokok padahal diri sendiri juga pelakunya. Satu sisi pajak dari rokok juga masuk ke anggaran negara. Ini hal yang sangat tak pantas. Satu sisi kita melarang rokok satu sisi kita juga menerima uang dari hasil rokok itu sendiri untuk mebiayai bangsa kita. Pernyataan diatas sama halnya pula dengan peringatan merokok dapat membunuhmu.
Artinya slogan yang menakutkan tetapi satu sisi masyarakat juga ditipu dengan iklan yang baik-baik tentang rokok. Iklan alam yang indah dan petualangan seseorang dalam hal-hal tertentu dialam bebas kerap kali menÂÂjadi bagian sebelum iklan rokok beraÂÂkhir hingga hilanglah persepsi tentang rokok itu buruk. Penipuan itupun tak pula sampai disitu, masyarakat juga telah tertipu dan sama pula artinya menzalimi bulan puasa. Tak layak tentunya jika iklan rokok menjelaskan selamat berpuasa.
Kata-kata ini membuktikan bahwa tak mungkin keburukan dicampur dengan kebaikan. Tak mungkin perÂÂnah menyatu. Justru iklan masyarakat yang seperti ini sangat sedikit tak waÂÂjar. Rokok yang jelas merusak keseÂÂhatan manusia tetapi mengapa justru menyuruh untuk berbuat baik hingga seolah-olah memberikan semangat kepada seseorang agar meningkatkan nilai Iman pada bulan puasa. Padahal dengan merokok saja sama artinya suÂÂdah menzalimi diri sendiri sehingga tak pantas kita katakan jika kita beriÂÂman pada saat rokok masih ditangan sebagai konsumsi seseorang dalam kesehariannya.
Seharusnya tak ada makna yang tersembunyi disebalik kebaikan naÂÂmun menyimpan sejuta kebohongan. Iklan yang baik harusnya informatif, maksudanya memberikan informani yang benar. Tidak pula berlebihan seÂÂhingga tak pula sama dengan kenyataÂÂannya. Iklan juga harus mendidik, artinya produk yang ditawarkan denÂÂgan iklannya harus sama. Bukan iklanÂÂnya alam tetapi ditujukan kepada sesÂÂeorang yang merokok. Aneh tentunya jika kita mendaki alam tetapi kita samÂÂbil merokok. Tidak ada kesesuaian.
Akal bulus semacam ini mengakiÂÂbatkan banyak masyarakat kita yang tertipu dengan baiknya iklan rokok hingga tak sadar iklan itu menipu mereka sehingga peringatan rokok dapat membunuhmu tak lagi dihiÂÂraukan. Tak bisa dipungkiri bahwa pengaruh iklan sangat besar hingga banyak pelanggan rokok yang tertipu apalagi ditambah pula dengan tokoh-tokoh tertentu yang dijadikan model dalam pencitraan rokok pada saat menayangkan iklan-iklan petualan alam, bak seperti seseorang petualÂÂangan yang ingin mencapai tujuan hidup yang lebih berarti.
Tak mungkin hal itu bisa tercapai jika kita tak sehat jasmani dan sehat mental. Tentu hal yang harus dipuÂÂpuk harus memberikan penyuluhan kepada warga yang terlanjur terbawa iklan. Masahnyapun tak pula sampai disitu karena pemerintah tampak sulitnya menutup Rokok karena seÂÂbagian besar dari petani kita juga terÂÂmasuk petani rokok. Salah memang persepsi tentang ini. Jika kita tanam tumbuhannya kemudian menghasilÂÂkan tembakau dan tembakau menjadi rokok selanjutkan merusak kesehatan manusia.
Jalur perdagangan yang jelas tak baik sebab makanan itu harus kita makan makanan yang baik. Pada saat jualan kita itu dapat merusak kesÂÂehatan orang lain maka tergolonglah pendapatan kita itu termasuk pendapatan yang tak bermutu sebab proses mendapatkannya yang tak sesÂÂuai dengan aturan agama. Tampaknya kita tak mau dikatakan begitu tetapi kita juga tak mau dikatakan menjadi manusia yang tak beriman dengan mengkonsumsi dan menanam temÂÂbakau.
Artinya menanam tembakau tak ada masalahnya. Justru menanam itu termasuk ibadah dan sedekah manuÂÂsia terhadap alam, justru yang salah hasilnya dijadikan untuk keperluan yang tak baik. Pemerintah dalam hal ini harus menumbuhkan industri kreatif yang dapat menampung hasil panen tembakau para rakyat untuk kemudian diolah menjadi tambahan kosmetik, dijadikan sebagai obat-obatan kedokteran.
Dua industri itu saja jika dibangun justru dapat menampung banyaknya hasil dari petani tembakau hingga petÂÂani tembakau tak pula harus berpinÂÂdah profesi. Ternyata pemerintahpun tak mau membuat industri kreatif ini, justru yang dilakukan membuat maÂÂnusia semakin sakit sebab belum jelas larangan untuk berdirinya pabrik rokok. Disini tampak bahwa kita beÂÂlum kreatif untuk membangun dan memanfaatkan semua sumberdaya hayati kita hingga teruslah tembakau hanya bahan baku rokok saja.
Disamping itu jika pemerintah serius untuk menutup pabrik rokok maka dari hulu hingga hilir harus diÂÂpertimbanakan. Pada hulunya memÂÂbertimbangkan dan mencari alternaÂÂtif bagi petani tembakau untuk hasil tembakaunya. Sedangkan pada hilÂÂirnya memirkian keluaran produk lain selaian tembakau seperti kosmetik sebab jika tembakau bisa digunakan untuk kosmetik tentu berapa banyak pula yang bisa dipergnakan untuk itu setiap tahunnya.
Bahkan yang sakit saja terus seÂÂmakin banyak pada banga kita hingga pastinya membutuhkan obat-batan bius atau bahan untuk obat penenang pada peraktek kedokteran dan rumah sakit. Potensi ini saja jika kita mau ambil peluangnya maka tak mungkin rokok hanya diisap untuk membakar paru-paru dan boros uang. SedangÂÂkan pada level konsumen pemerintah harus tegas menghukum siapa saja yang berani merokok dengan alasan bahwa dirinya tak bisa menjaga dirinÂÂya dengan baik.
Artinya ada hak pada diri atas keÂÂsehatan yang layak, meskipun pelakuÂÂnya diri sendiri tetapi bukan berarti bebas hukuman sebab telah merusak bagian dari diri sendiri. Ini sebuah penzaliman yang harus dihukum beÂÂrat. Mungkin ada baiknya bagi yang merokok harus pula dipenjara, diberiÂÂkan denda, atau diberikan efek jera. Banyak contoh perokok yang rusak kesehatannya dan mempersaksikan diri bahwa kerongkongannya sampai muncul lubang kecil dan bahkan ada sebagian lagi yang suaranya tak pula dapat lagi kita dengar tetapi tetap saja membela rokok itu setengah mati. Tentu banyaknya yang merokok benÂÂtuk salah satu kerusakan iman manuÂÂsia pada saat ini hingga makin banyak kemunculan perilaku yang menzalimi dirinya sendiri. (*)
Bagi Halaman