JAKARTA, TODAY—Kredit perbankan Tanah Air terus merosot. Setelah sempat membukuÂkan pertumbuhan 8,48 persen pada kuartal I 2016, kini kredit perbankan kembali lesu. Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia, kredit perbankan melorot 7,74 persen hingga April 2016. Yakni, dari Rp3.745 triliun pada April tahun lalu menjadi Rp4.035 triliun.
Kelompok Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) 4 tercatat tumbuh paling gesit, yaitu 13,65 persen dari Rp1.552 triliun menjadi sebeÂsar Rp1.764 triliun secara tahunan. Diikuti oleh kelompok bank BUKU 3 yang naik 5,79 persen menjadi Rp1.497 triliun dan bank BUKU 2 meÂningkat 4,41 persen menjadi Rp534,87 triliun.
Sementara, kelompok bank bermodal inti kurang dari Rp1 triliun atau BUKU 1 menorehkan tinta merah dengan penurunan penyaluran kredit hingga negaÂtif 25,4 persen. Pada April 2016, kredit bank BUKU 1 hanya Rp85,31 triliun. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu sempat menyenÂtuh Rp114,41 triliun.
Berdasarkan jenis pengguÂnaannya, kredit investasi mendoÂrong pertumbuhan kredit secara keseluruhan dengan peningkatan 12,21 persen pada April 2016. YaiÂtu, dari Rp923,24 triliun per April 2015 menjadi sebesar Rp1.036 triliun.
Sedangkan, kredit konsumsi dan kredit modal kerja tercatat meningkat masing-masing 8,61 persen dan 5,30 persen atau menÂjadi sebesar Rp1.122 triliun dan Rp1.1.847 triliun. Kredit konsumsi dan kredit modal kerja tercatat membaik setelah hanya bertumÂbuh 5,4 persen dan 6,3 persen pada kuartal I 2016.
Nelson Tampubolon, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK mengatakan, otoritas keuanÂgan masih melihat perkembangan lebih lanjut terkait pertumbuhan kredit perbankan. “Sementara, belum akan merevisi pertumbuÂhan kredit,†ujarnya, di Kantor OJK, Jakarta.
Budi Armanto, Deputi KomisÂioner Pengawas Perbankan II OJK menuturkan, perlambatan penyÂaluran kredit perbankan secara tahunan membuat wasit industri keuangan merevisi turun target kredit perbankan hingga akhir taÂhun nanti.
Revisi target, lanjut dia, dilakuÂkan karena melihat masih rendaÂhnya realisasi pertumbuhan kredit perbankan hingga April 2016. Sejatinya, OJK meramalkan perÂtumbuhan kredit perbankan tahun ini berkisar 12-14 persen. “Revisi proyeksi nanti kami lakukan akhir Juni,†terang Budi.
Melihat kondisi terkini, Budi juga menyebutkan, OJK akan memberikan kesempatan kepada bank-bank untuk melakukan revisi Rencana Bisnis Bank (RBB) merÂeka. “Juli nanti kami berikan kesÂempatan bank melakukan revisi,†imbuh dia.
Kelompok Bank Umum KeÂgiatan Usaha (BUKU) 1 disinyalir menjadi penghambat pertumbuÂhan kredit perbankan. Lihat saja, ditengah perlambatan pertumbuÂhan ekonomi global dan makro, kelompok bank BUKU 2, 3, dan 4 masih mampu mencetak pertumÂbuhan positif. Namun, kelompok bank BUKU 1 atau bank yang memiÂliki modal inti kurang dari Rp1 triliun malah mencatatkan rapor merah.
Berdasarkan Statistik PerbankÂan Indonesia yang dilansir Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kredit kelomÂpok bank BUKU 1 tercatat minus hingga 25,4 persen dari Rp114,41 triliun per April 2015 menjadi hanÂya Rp85,31 triliun pada periode yang sama tahun ini.
Padahal, kelompok bank BUKU 4 berhasil mengerek pertumbuÂhan kredit hingga 13,6 persen atau menjadi Rp1.764 triliun. SedangÂkan, kredit bank BUKU 2 dan 3 meÂningkat masing-masing 4,4 persen dan 5,7 persen menjadi Rp534,87 triliun dan Rp1.497 triliun.
Menilik data SPI OJK, ternyata, bukan cuma kredit kelompok bank BUKU 1 yang melorot tajam, tetapi juga perolehan dana pihak ketigÂanya (DPK). DPK yang dihimpun kelompok bank ini rontok 21,4 persen, yaitu dari Rp150,65 triliÂun per April 2015 menjadi hanya Rp118,38 triliun pada periode yang sama tahun ini.
Adapun, secara keseluruhan, kredit perbankan dari semua keÂlompok BUKU mencapai Rp4.035 triliun atau naik 7,74 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yaitu Rp3.745 triliun. Sementara, DPK industri bank meningkat 6,18 persen menjadi sebesar Rp4.478 triliun dari sebeÂlumnya Rp4.217 triliun.
Karena kinerjanya yang kurang menggembirakan, kelompok bank BUKU 1 terpaksa gigit jari melihat perolehan laba bersihnya turun tiÂpis 1,6 persen atau menjadi Rp728 miliar. Namun demikian, peroleÂhan laba yang mini tidak akan menciutkan nyali bank-bank kecil, setelah laba industri sendiri terÂcatat tumbuh tipis 2,1 persen per April 2016 ini.
Kelompok bank BUKU 2 yang mampu membukukan pertumbuÂhan kredit dan DPK saja, laba berÂsihnya tetap lesu alias negatif dari Rp3,77 triliun menjadi hanya Rp3,75 triliun. Sementara, laba bersih bank BUKU 3 dan 4 masing-masing terÂcatat tumbuh 4,3 persen dan 1,3 persen atau menjadi Rp9,42 triliun dan Rp23,27 triliun.
(Yuska Apitya/dtk)
Bagi Halaman