A8---24-062016-DidaktikaYAYASAN Bosowa Bina Insani yang berada di Jalan Soleh Iskandar Muda (Solis), menggelar santunan dan diikuti kegiatan berbuka bersama dengan seluruh staf keluarga besar Bina Insani Bogor. Tak itu saja, ada yang unik dari acara berbuka puasa di Bina Insani, ternyata ada kompetisi hatam Alquran di sana. Bahkan, kompetisi itu dibuat tanpa direncanakan sehingga karyawan yang ada lumayan terkejut saat itu.

Oleh : Latifa Fitria
[email protected]

Dalam sambutannya, Presiden Direktur Sekolah Bosowa Bina Insani (SBBI) Kota Bogor Dr. Sutrisni Muslimin menjelaskan sebanyaknya total 240 karyawan mulai dari pengajar hingga security hadir semua dalam acara berbuka bersama ini. Ini su­dah menjadi agenda tahunan di sini dalam rangka membangun tali silaturahmi an­tara keluaraga besar SBBI Bogor. “Apalagi ini adalah bulan yang suci, saya berharap banyak doa yang mengalir dari teman-teman SBBI dan masyarakat sekitar, agar keberkahan terus melimpah di SBBI ini,” urainya di sela-sela kesempatan berbuka puasa.

BACA JUGA :  Siapkan Sekolah Gratis, Sahira Hotels Group Gandeng PKBM Bakti Nusa

Mengenai, sambung dia, lomba hatam Alquran memang tidak direncanakan. Se­bab ibadah itu harus natural, tanpa harus direncanakan karena berharap mendapat­kan hadiah. “Saya memang menekankan kepada guru-guru di sini harus meng­hatamkan Alquran karena dengan begitu artinya mereka mampu membagi waktu antara dunia dan akhirat. Apalagi semakin orang itu banyak membaca Alquran, tutur kata dan kalimatnya sudah pasti baik,” kata Sutrisno.

Antusias Presdir SBBI ini semakin besar ketika ia membeberkan rencana pengembangan di SBBI, bahkan itu tak hanya sekadar wacana sebab sudah me­masuki tahap pengerjaan. “InsyaAllah ta­hun ini semua bisa rampung, jadi fasilitas disini lengkap semua, khususnya fasili­tas guru. Nanti akan ada ruang meeting dan lainnya. Saya ingin guru-guru di sini dimartabatkan, artinya memantaskan diri, mereka juga harus difasilitasi.”

BACA JUGA :  Siapkan Sekolah Gratis, Sahira Hotels Group Gandeng PKBM Bakti Nusa

Diakui Sutrisno, jika dulu SBBI ini hanya sekolah yang levelnya dinilai ma­sih bawah, kini SBBI sudah menunjukan taringnya bahwa sekolah ini mampu naik tahap ke yang lebih tinggi hingga diakui kualitas para lulusannya. “Ini sekolah swasta hanya untuk orang-orang punya, jadi orang-orang berduit itu jangan seko­lahkan anak-anaknya di sekolah negeri. Karena kuotanya terbatas sehingga anak-anak yang kurang mampu kesempatannya semakin kecil untuk masuk negeri, sedan­gkan masuk sekolah swasta terlalu mahal untuk mereka,” cetusnya.

Apalagi, masih kata dia, pemerintah memiliki anggaran besar untuk pendidi­kan maka sudah sepantasnya lebih mem­prioritaskan anak-anak kurang mampu dibanding anak-anak yang memiliki eko­nomi lebih. “Kalau ada orang kaya yang masih sekolah di negeri, itu artinya orang kaya yang di subsidi oleh negara,” tegas dia.

============================================================
============================================================
============================================================