Hari raya Idul Fitri 1437 H sudah di depan mata. Segala persiapan menjelang hari kemenangan pun sudah dilakukan oleh semua umat muslim, tak terkecuali mempersiapkan menu santapan ketika Lebaran nanti. Namun, sudah menjadi kebiasaan jika menghadapi Lebaran maka umat muslim juga akan menghadapi beragam kenaikkan bahan-bahan makanan terutama sembako.
Oleh : Patrick
[email protected]
Kendati demikian, Lebaran di tahun ini seperti mengalami pengecualian. Hingga H-7 Lebaran, kenaikkan harga sembako belum terlihat signifiÂkan malah terbilang tidak naik.
Penelusuran BOGOR TOÂDAY, sejumlah pedagang di pasar tradisional Bogor serenÂtak mengatakan bahwa RamaÂdan tahun ini tidak mengalami kenaikan harga secara drastis.
Yono (35), seorang pedaÂgang sembako, mengatakan, tidak semua harga sembako naik drastis. Hanya gula putih yang mengalami penaikkan dari Rp 720.000 per 50 kg menjadi Rp 740.000 per 50 kg.
Perihal sayur-mayur, peÂnaikkan harga pun masih diÂrasa aman oleh pedagang sayur mayur, Bapak Aulia Mukhtar. Harga bawang merah semula Rp 36.000 per kg menjadi Rp 40.000 per kg. Cabai yang menjadi langganan peningkaÂtan harga yang drastis juga tanÂpa terkecuali. Cabai hijau yang dijual Rp 15.000 per kg, kini diÂjual Rp. 20.000 per kg. SedangÂkan untuk cabai rawit dijual Rp. 30.000 per kg dari harga Rp. 18.000 per kg. Tak ketinggalan kentang yang semula dibandeÂrol Rp 12.000-Rp 14.000 per kg, kini menjadi Rp 18.000-Rp 20.000 per kg. “Walaupun beÂgitu, alhamdulillah pelanggan saya tidak berkurang. Meski pembeli yang bukan pelangÂgan berkurang, mungkin saja alasannya karena kebutuhan setiap konsumen yang berÂbeda,†tambah Aulia Mukhtar.
“Sementara harga tidak naik, masih normal. KenaikÂkan terjadi sebelum Ramadan kemarin sebesar 10%-15%,†ungkap Direktur Utama (Dirut) PD Pasar Pakuan Jaya Kota Bogor, Andri Latif, kemarin.
Andri memprediksi, kenaiÂkan harga sembako terjadi akhir pekan mendatang. “Naik tetap naik, tetapi tidak drastis. MungÂkin kenaikkan terjadi di hari Sabtu dan Minggu nanti di saat masyarakat mulai berbelanja keperluan santapan hidangan hari raya Idul Fitri,†jelasnya.
“Alhamdulillah stok nasionÂal dan regional bagus, pendisÂtribusian pun bagus sehingga tidak terjadi kelangkaan yang membuat harga naik,†kata dia.
Upaya pemerintah Kota Bogor lainnya dalam menghaÂdapi serangan kenaikkan harga ialah pemantauan pemerintah melalui aplikasi Eksotik. Bapak Andrian menjelaskan bahwa dashboard dari aplikasi terseÂbut memperlihatkan beragam informasi penting terkait Kota Bogor. “Khusus untuk sembaÂko, sejak 1 Ramadan pihak PD Pasar Pakuan Jaya memberiÂkan informasi harga sembako kepada kantor Kominfo setiap hari agar dapat dikelola oleh Kominfo untuk ditampilkan di aplikasi tersebut,†tutupnya.
Meski pemerintah tenÂgah gencar melakukan opÂerasi pasar. Namun, harga sejumlah kebutuhan pokok di Pasar Tradisional tetap melambung. Melambungnya harga sejumlah kebutuhan pokok disebut-sebut sebagai efek dari meningkatnya perÂmintaan masyarakat jelang Lebaran. Sementara kenaikan permintaan itu, tidak diseimÂbangi dengan pasokan yang ada. “Permintaan masyarakat terhadap kebutuhan pokok jelang Lebaran mengalami keÂnaikan drastis ketimbang hari-hari biasanya,†singkat KeÂpala Unit Pasar Gunung Batu Srikaryatno kepada BOGOR TODAY, kemarin.Sementara itu, Direktur Eksekutif Pusat Studi Kebangsaan Indonesia Kontemporer (Pusbangkit) La Musa Manguntara menduga adanya faktor lain yang meÂnyebabkan naiknya kebutuÂhan bahan pokok. Kata dia, bisa saja kenaikan harga tidak luput dari adanya ulah spekuÂlan yang mencari untung lebih pada momen tahunan ini. Dengan menimbun agar pereÂdaran kebutuhan bahan pokok terbatas di pasaran. Dengan begitu, harga akan melambung karena tidak seimbangnya anÂtara permintaan dan pasokan. “Kenaikan bahan pokok ini sudah menjadi penyakit tahuÂnan yang belum bisa diseleÂsaikan oleh pemerintah dari zaman siapa pun,†katanya.
Untuk itu, Musa menyarankÂan agar pemerintah segera mewujudkan swasembada pangan di Indonesia. TeruÂtama pada bidang pertanian. (Herza|Patrick/ed:Mina)
Bagi Halaman