Namun, pada tahun depan akan ada pengembangan apartemen baru, yaitu di antaranya Oakwood Wordwide, FrasÂers Hospitality and The Ascott Limited, dan Lavish Kemang Serviced Apartment.
Proyek tersebut akan fokus di area bisnis (Central Business District/CBD) dan Jakarta Selatan. Di mana sekitar 44 persen berada di area CBD dan 35 persÂen di Jakarta Selatan.
Lebih lanjut, Ferry menjelaskan, untuk gedung perkantoran masih akan tetap terjadi over supply atau suplai yang berlebih hingga akhir tahun.
Berdasarkan data Colliers, suplai unit perkantoran sewa di area CBD pada kuartal II tahun ini seluas 5,46 juta meÂter persegi. Sementara, suplai unit perÂkantoran di luar area CBD seluas 2,89 juta meter persegi.
Sementara, tingkat okupansi sewa gedung perkantoran di area CBD menuÂrun menjadi 85,6 persen jika dibandingÂkan dengan periode sebelumnya sebesar 93,7 persen. Sementara, untuk perkanÂtoran di luar area CBD tingkat okupanÂsinya menurun menjadi 85,6 persen dari periode sebelumnya 93,7 persen. “Jadi kalau lihat mana yang akan bergerak saya pikir akan dalam level yang sama, artinya tidak ada yg lebih baik dan tidak ada yang lebih buruk. Lebih baiknya palÂing beda-beda tipis, tidak akan ada satu yang menonjol, paparnya.
Dampak Pengampunan Pajak
Terkait dana hasil repatriasi dari pengampunan pajak (tax amnesty), Ferry belum bisa memastikan akan berpengaruh besar terhadap properti. Hal ini karena pemerintah masih meneÂtapkan penggunaan dana hasil repatriasi tax amnesty nantinya akan didahulukan untuk produk pemerintah, seperti obliÂgasi dan pasar modal.
Namun, ia menilai sisi positif muncul ketika dana ditampung dalam bidang properti, khususnya infrastruktur. Hal itu dapat menjadi penunjang kenaikan bagi penjualan kawasan industri. “Nah jika ke sektor pemerintah maka ini bisa ada positifnya, kan membantu proyek pemerintah terkait infrastruktur. Nah ini bisa menjadi katalisator untuk sektor properti, salah satunya industri,†kata dia.
“Kalau nanti sudah mulai dibuka atau uangnya sudah mulai masuk, yang perlu diawasi adalah jangan sampai uang itu masuk berlebihan dalam waktu yang sama. Sehingga tidak menimbulkan keÂnaikan harga yang tidak terkontrol,†imÂbuhnya. (Yuska Apitya Aji/ed:Mina)