Kemitraan ini tidak menarik biÂaya bulanan apa pun. Mitra hanya wajib membeli bahan baku dasar, terutama minuman seperti teh dan kopi ke pusat. Menu yang ditawarÂkan cukup beragam, seperti kopi , teh dan ice blend. Menu kopinya terÂdiri dari beberapa pilihan, seperti moccacino, cappucinno, espresso, kopi luwak, dan sebagainya. SedanÂgkan menu makanannya ada pizza, spageti, sandwich, kentang goreng, hot dog, dan lainnya. Harga jual tiap menu mulai Rp7.000 hingga Rp15.000.
Omzet Rp 73 juta
Satya mengaku, rata-rata omzet gerainya maupun gerai mitra sekitar Rp500.000-Rp1,5 juta per hari di hari biasa. Jika akhir pekan, omzet bisa naik dua kali lipat, yakni Rp 3 juta-Rp 5 juta. Praktis dalam sebuÂlan, rata-rata omzet mencapai Rp40 juta-Rp73 juta. Dengan laba 30%- 40% mitra bisa balik modal hingga setahun.
Ketua Komite Tetap Waralaba dan Lisensi Kadin Amir Karamoy berpendapat, prospek bisnis coffee shop masih baik, mengingat makin banyak anak muda yang suka nongÂkrong. Maka itu, tawaran kemitraan semacam ini punya peluang untuk berkembang. Tapi karena persainÂgan makin ketat, inovasi menu juga perlu diperhatikan.
Namun demikian, calon mitra usaha harus tetap teliti dalam memÂpelajari tawaran kemitraan, apa pun bentuknya. Menurut Amir, mitra perlu menerapkan konsep investiÂgate before investing. “Mitra harus kritis apakah benar ini bisa menÂguntungkan. Apakah omzet yang ditawarkan sama dengan kenyataÂannya, dan sebagainya,†ujarnya. (Yuska Apitya/ktn/ed:Mina)