Menurut Agung, dokter AR memÂperoleh vaksin dari Seno, tersangka distributor yang ditangkap sebelumÂnya. Vaksin ini dibuat kelompok SyÂafrizal dan Iin Suliastri. “Jalur distriÂbusinya dari Apotek Ibnu Sina,†kata Agung. Pemilik toko obat itu adalah tersangka Farid.
Dokter yang menjadi tersangka lainnya adalah H. Ia mantan Direktur Rumah Sakit Sayang Bunda di Bekasi. “Tahun 2012 selesai melaksanakan tugas (sebagai direktur rumah sakit),†kata Agung. “Yang bersangkutan memesan vaksin dari toko Azka MedÂica yang pemiliknya sudah ditangkap sejak awal pengungkapan kasus.â€
Agung mengatakan, kemarin, peÂnyidik baru mengetahui distribusi dari Azka Medika, salah satunya ke dokter H. “Dokter H cukup banyak memesan dan dia mengizinkan dari sales Azka untuk mendistribusikan,†kata Agung. Penjual vaksin palsu Azka Medika adalah jaringan dari produsen Agus PriÂyanto. Distributornya adalah Thamrin.
Berikutnya, yaitu dokter I dari Rumah Sakit Harapan Bunda di JaÂkarta Timur. Polisi juga menetapkan satu bidan lagi sebagai tersangka, yaitu bidan N yang menyuntikkan vaksin palsu kepada pasiennya. “Bidan N memiliki praktik di Jatirasa Bekasi,†ucap Agung. Polisi saat ini juga fokus mengejar daftar bayi yang terpapar vaksin palsu.
Secara terpisah, Kapolri Jenderal Tito Karnavian meÂminta masyarakat korÂban vaksin palsu tidak anarkistis. PerminÂtaan ini dilontarkan menanggapi kemaraÂhan sejumlah orangÂtua yang mendatangi rumah sakit pengguna vaksin palsu kemarin malam.
Tito mengatakan tak mempermasalahÂkan orangtua yang meÂnyampaikan pendapat sepanjang tidak melakukan perbuatan anarkistis. “Kalau anÂarkis, apalagi sampai melakukan perusakan, ada pelanggaran hukum, ya akhirnya kami tindak juga,†kata Tito, setelah rapat di kantor Menko Polhukam, JuÂmat (15/7/2016).
Dia mengingatkan kepolisian bisa juga menindak secara hukum pelaku anarkistis. “Bukan hanya pembuat vaksin palsunya, atau pemakai vaksin yang sengaja, tapi juga yang demo akhirnya ditindak karena melakukan pelanggaran hukum baru. Tolong janÂgan sampai begitu,†kata Tito.
Kemarahan orangtua muncul setelah mengetahui rumah sakit pengguna vaksin palsu. Ini dilakukan setelah Kementerian Kesehatan meriÂlis daftar 14 rumah sakit pengguna vakÂsin palsu saat menggelar rapat dengan DPR pada Kamis kemarin.
Salah satunya adalah Rumah Sakit Harapan Bunda, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Sejumlah orangtua mendatanÂgi rumah sakit tersebut pada Kamis malam dan menuntut pertanggungÂjawaban pihak rumah sakit.
Tito mengatakan penegakan huÂkum dalam kasus tersebut sudah berjalan. “Polisi sudah bekerja untuk menangani kasus ini,†kata Tito. Dia meminta masyarakat mempercayakan pada proses hukum yang sedang berjaÂlan, sampai proses penyidikan, penunÂtutan, hingga peradilan. “Negara kita yang berlaku hukum, jadi percayakan pada hukum,†tandasnya.(*/ed:Mina)