Tak lama kemudian, datang seorang pemuda berambut gondrong mengambil handpone saat Desi tenÂgah memainkan game buatan Nitendo itu. Pelaku kemudian langsung melariÂkan diri bersama temannya mengguÂnakan sepeda motor. “Tadi lagi berbÂuru Pokemon, lalu teman saya teriak. Pas disamperin dia nangis. PonselnÂnya dijambret,†kata Yessi.
Namun, korban memilih tak melÂaporkan penjambretan ke kantor polisi. Menurutnya, sudah tidak ada gunanya lagi. “Mau lapor, handphone juga sudah hilang. Jadi langsung puÂlang ke rumah,†timpal Desi.
Ia pun kini kapok bermain PokeÂmon Go di tempat yang sepi, lantaran khawatir akan ada penjambret. “Takut juga sekarang kalau nyari. Walaupun banyak Pokemon di sana,†tukasnya.
Melihat fenomena ini, Sosiolog Universitas Islam Negeri Sunan GuÂnung Djati, Dadan Suherdian menÂgatakan, fenomena ini merupakan euÂforia yang mempengaruhi kehidupan sosial dan terkadang mampu memÂbuat candu.
“Mereka yang gandrung akan terbawa suasana. Membuatnya tak menghiraukan kondisi di sekelilingÂnya. Tidak hanya Pokemon Go saja, semua game jika pelakunya sudah keÂcanduan, membuat mereka lupa akan sekitarnya,†pungkasnya.
(Abdul KaÂdir Basalamah|Yuska Apitya)