Meski satgas berhasil menewasÂkan Santoso alias Abu Wardah, dikÂetahui masih ada sejumlah pengiÂkutnya yang bersembunyi di atas gunung. Satgas pun masih memÂburu mereka yang bersembunyi di hutan-hutan yang ada di gunung di wilayah Poso tersebut.
Walaupun Tito meminta para pengikut Santoso turun gunung, bukan berarti mereka akan bebas dari hukuman setelah selama ini melakukan aksi-aksi teror. Hanya saja, ia berjanji akan melindungi para keluarga kelompok teroris ini jika mereka mau menyerahkan diri. “Kita imbau untuk turun guÂnung menghadapi proses hukum yang berlaku dan kita akan bantu yang bersangkutan, yaitu (melindÂungi) keluarganya,†kata Tito.
Dengan menyerahkan diri, buÂkan berarti pengikut Santoso akan diberi pengampunan. Sebab menuÂrut Tito, mereka adalah pelaku keÂjahatan dan harus mempertangÂgungjawabkannya secara hukum. “Yang bersangkutan melakukan kejahatan, banyak yang tidak berÂsalah dipotong lehernya dan lain-lain. Bagi kita dia pelaku kejahatÂan,†tuturnya.
Kepada masyarakat Poso, khuÂsusnya yang berada di sekitar loÂkasi tempat operasi, Tito meminta pemakluman. “Mungkin operasi-operasi di sini membuat masyaraÂkat tidak nyaman,†imbuh Tito.
Hal senada disampaikan JenÂderal Gatot. Meski pengikut SanÂtoso tetap harus mengikuti proses hukum ketika menyerahkan diri, tetapi menurut Panglima TNI keÂadaan mereka akan jauh lebih baik daripada berada dalam pengejaran seperti saat ini. “Kita imbau bagi yang masih di atas gunung untuk turun gunung ke Bumi Pertiwi. Proses hukum akan tetap dilakuÂkan, tapi mereka masih bisa berÂtemu dengan keluarga,†ujar Gatot di lokasi yang sama.
Disebutkan Gatot, tewasnya Santoso dan satu anak buahnya itu, merupakan hasil kerja sama semua pihak. Seperti diketahui, Santoso tewas setelah baku temÂbak dengan Satgas Tinombala dari personel Kostrad TNI. “Operasi ini sepenuhnya ditangani Polri, kami BKO-kan prajurit di bawah operasi ini. Seperti yang dikatakan Pak Tito dulu, (kelompok teroris) ini sama-sama manusia,†sebut jenderal bintang empat itu. “Kalau Tuhan belum mengizinkan, nyawanya tiÂdak akan dicabut. Kita bersyukur karena Tuhan sudah mengizinkanÂnya,†tambah Gatot.
Santoso alias Abu Wardah, komandan Mujahidin Indonesia Timur yang menjadi buron nomor wahid sejak tahun 2012, tewas dalam baku tembak dengan SatÂgas Tinombala gabungan TNI-Polri di Desa Tambarana, Poso Pesisir Selatan, Senin (18/7/2016). SetidaÂknya masih ada 19 pengikutnya yang kini masih dalam pelarian. Ada dua tembakan yang mengeÂnai tubuh Santoso di bagian perut dan punggung. “Di bagian perut dan bagian punggung,†kata Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (20/7/2016).
Sementara itu, lanjut Boy, jenÂazah satu lagi yang diduga bernaÂma Muchtar tertembak di bagian kepala.
Baku tembak itu terjadi di wilayah Tambarana, Poso Pesisir Utara, Senin (18/7/2016). Ada tiga orang yang berhasil kabur dalam baku tembak itu. “Diduga iya satu istri Santoso, satu istri Basri itu yang kita prediksi, untuk pastinya nanti kita periksa lagi,†ujarnya.
Namun begitu, Boy menÂgatakan, tiga orang yang kabur itu tidak dengan tangan kosong. MerÂeka membawa satu pucuk senjata. “Yang jelas dua wanita itu kabur, satu orang yang kita duga Basri dan membawa senjata M-16,†tanÂdasnya.(*/ed:Mina)