Meski satgas berhasil menewas­kan Santoso alias Abu Wardah, dik­etahui masih ada sejumlah pengi­kutnya yang bersembunyi di atas gunung. Satgas pun masih mem­buru mereka yang bersembunyi di hutan-hutan yang ada di gunung di wilayah Poso tersebut.

Walaupun Tito meminta para pengikut Santoso turun gunung, bukan berarti mereka akan bebas dari hukuman setelah selama ini melakukan aksi-aksi teror. Hanya saja, ia berjanji akan melindungi para keluarga kelompok teroris ini jika mereka mau menyerahkan diri. “Kita imbau untuk turun gu­nung menghadapi proses hukum yang berlaku dan kita akan bantu yang bersangkutan, yaitu (melind­ungi) keluarganya,” kata Tito.

Dengan menyerahkan diri, bu­kan berarti pengikut Santoso akan diberi pengampunan. Sebab menu­rut Tito, mereka adalah pelaku ke­jahatan dan harus mempertang­gungjawabkannya secara hukum. “Yang bersangkutan melakukan kejahatan, banyak yang tidak ber­salah dipotong lehernya dan lain-lain. Bagi kita dia pelaku kejahat­an,” tuturnya.

Kepada masyarakat Poso, khu­susnya yang berada di sekitar lo­kasi tempat operasi, Tito meminta pemakluman. “Mungkin operasi-operasi di sini membuat masyara­kat tidak nyaman,” imbuh Tito.

BACA JUGA :  Lokasi SIM Keliling Kota Bogor, 27 April 2024

Hal senada disampaikan Jen­deral Gatot. Meski pengikut San­toso tetap harus mengikuti proses hukum ketika menyerahkan diri, tetapi menurut Panglima TNI ke­adaan mereka akan jauh lebih baik daripada berada dalam pengejaran seperti saat ini. “Kita imbau bagi yang masih di atas gunung untuk turun gunung ke Bumi Pertiwi. Proses hukum akan tetap dilaku­kan, tapi mereka masih bisa ber­temu dengan keluarga,” ujar Gatot di lokasi yang sama.

Disebutkan Gatot, tewasnya Santoso dan satu anak buahnya itu, merupakan hasil kerja sama semua pihak. Seperti diketahui, Santoso tewas setelah baku tem­bak dengan Satgas Tinombala dari personel Kostrad TNI. “Operasi ini sepenuhnya ditangani Polri, kami BKO-kan prajurit di bawah operasi ini. Seperti yang dikatakan Pak Tito dulu, (kelompok teroris) ini sama-sama manusia,” sebut jenderal bintang empat itu. “Kalau Tuhan belum mengizinkan, nyawanya ti­dak akan dicabut. Kita bersyukur karena Tuhan sudah mengizinkan­nya,” tambah Gatot.

Santoso alias Abu Wardah, komandan Mujahidin Indonesia Timur yang menjadi buron nomor wahid sejak tahun 2012, tewas dalam baku tembak dengan Sat­gas Tinombala gabungan TNI-Polri di Desa Tambarana, Poso Pesisir Selatan, Senin (18/7/2016). Setida­knya masih ada 19 pengikutnya yang kini masih dalam pelarian. Ada dua tembakan yang menge­nai tubuh Santoso di bagian perut dan punggung. “Di bagian perut dan bagian punggung,” kata Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (20/7/2016).

BACA JUGA :  Enak dan Menyehatkan Tubuh, Ini Dia 5 Manfaat Konsumsi Sarang Burung Walet

Sementara itu, lanjut Boy, jen­azah satu lagi yang diduga berna­ma Muchtar tertembak di bagian kepala.

Baku tembak itu terjadi di wilayah Tambarana, Poso Pesisir Utara, Senin (18/7/2016). Ada tiga orang yang berhasil kabur dalam baku tembak itu. “Diduga iya satu istri Santoso, satu istri Basri itu yang kita prediksi, untuk pastinya nanti kita periksa lagi,” ujarnya.

Namun begitu, Boy men­gatakan, tiga orang yang kabur itu tidak dengan tangan kosong. Mer­eka membawa satu pucuk senjata. “Yang jelas dua wanita itu kabur, satu orang yang kita duga Basri dan membawa senjata M-16,” tan­dasnya.(*/ed:Mina)

 

Halaman:
« 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================