JAKARTA, Today – PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) mencatatkan laba bersih bertumbuh sebesar 7,8% mencapai Rp 1,146 triliun di semester I-2016. PertumbuÂhan laba bersih terutama diseÂbabkan oleh meningkatnya pendapatan operasional serta penghasilan bunga yang lebih baik.
Laba kotor tercatat sebesar naik 8,5% menjadi Rp 4,663 trilÂiun. Rasio laba kotor terhadap penjualan sendiri mengalami penurunan menjadi 48,8% dari 49,3% pada semester pertama tahun lalu. Hal ini tidak terlepas dari melemahnya nilai tukar ruÂpiah dibandingkan tahun 2015.
Sementara itu, laba usaÂha bertumbuh sebesar 10,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dengan rasio mencapai 15,9% terhadap penÂjualan bersih.
Penjualan bersih tercatat sebesar Rp 9,556 triliun di seÂmester I-2016 atau tumbuh 9,6% dari periode yang sama tahun 2015 sebesar Rp 8,720 triliun.
Direktur Keuangan dan Sekretaris Perusahaan Kalbe Vidjongtius mengatakan, hal ini didukung dengan positifnya pertumbuhan seluruh divisi utama yang ada pada Kalbe, seÂmentara kenaikan harga hanya dilakukan untuk beberapa produk tertentu.
“Kinerja 6 bulan pertama memberikan hasil yang sangat baik. Kinerja kuartal II lebih baik dari kuartal I. PertumbuÂhan yang baik ini didukung oleh beberapa aspek, misalnya obat resep, produk kesehatan, nutriÂsi, distribusi semuanya tumbuh positif, termasuk labanya,†kaÂt anya dalam acara InstituÂtional I n v e s t o r Day di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (1/8/2016).
Dengan mempertimbangÂkan situasi makro ekonomi dan kondisi kompetensi, Kalbe pun tetap mempertahankan target pertumbuhan penjualan sebeÂsar 8-10% untuk tahun ini.
“Kita berharap kuartal III sampai kuartal IV juga terus naik. Karena kalau kita lihat makro cukup baik. Kita optimis target yang sudah kita canangÂkan awal tahun ini pertumbuÂhan bisnis 8-10%, sampai hari ini semuain line dan terus melakuÂkan penanaman modal. Capex kita sebagaimana direncanakan di awal Rp 1-1,5 triliun. 6 bulan pertama kita sudah spend Rp 581 miliar,†ujarnya.
Sementara itu, mengenai rencana Kalbe untuk peningkaÂtan investasi di sektor Industri Farmasi di Indonesia, VidjongÂtius mengatakan, Kalbe telah mempersiapkan anggaran beÂlanja modal sebesar Rp 1-1,5 trilÂiun yang akan digunakan untuk perluasan kapasitas produksi dan distribusi.
“Kita lihat secara spesifik, kalau investasi untuk industri farmasinya positif sekali. Secara kebutuhan volume nasional, kita butuhnya tinggi. Bicara JKM (Jaminan Kesehatan MaÂsyarakat), volumenya pasti naik. Karena jumlah masyarakat yang di-cover oleh BPJS kan bertamÂbah terus. Makanya Pemerintah targetkan sampai 2019 hampir semua masyarakat akan tercovÂer oleh BPJS. Itu artinya volume akan terus meningkat,†ujarnya. “Saya rasa industri farmasi harus invest, karena kalau membuat pabrik itu tidak bisa hanya setaÂhun. Pabrik itu bisa 3 tahun baru jadi. Kalau kita tidak melakukan hari ini, 2-3 tahun ke depan bisa terjadi kekurangan kapasitas. Kalbe sangat terbuka untuk koÂlaborasi dengan siapa pun apakah lokal atau internaÂsional,†pungkasnya. (Calviano/ NET)
Bagi Halaman