JAKARTA TODAY – Perbankan berlomba memperbanyak meÂsin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dan mesin setor tarik atau cash recycling machine (CRM) di sisa tahun 2016.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk misalnya yang berencana untuk menambah jumlah mesin ATM dan CRM masing-masing sebanyak 500 dan 1.500 unit.
Begitu pula dengan PT Bank Central Asia Tbk yang berenÂcana untuk menambah mesin ATM dan CRM dengan total antara 1.000-1.500 unit. DirekÂtur BCA, Santoso menjelaskan penambahan mesin ATM ini dilakukan sejalan dengan kebuÂtuhan transaksi nasabah. “ApaÂlagi kan sekarang transaksi di cabang itu relatif flat,†kata SanÂtoso, Minggu (7/8).
Santoso menargetkan, ada pertumbuhan transaksi antara 8%-10% di akhir tahun nanti dengan penambahan mesin ini.
Begitu pula dengan Direktur Konsumer bank berkode saham BBRI, Sis Apik yang menyatakan penambahan volume transÂaksi menjadi 6.000 transaksi per unit tiap bulannya, baik itu transaksi finansial atau pun non-finansial. “Itu untuk tahun perÂtama, tahun depan pasti akan meningkat lagi begitu orang-orang sudah tahu lokasi ATM,†jelas Sis, Minggu (7/8).
Selain untuk meningkatkan pelayanan untuk nasabah, Sis mengaku penambahan mesin ATM dan CRM ini juga sebagai upayanya untuk meningkatkan pendapatan komisi atau fee based income. Apalagi, BRI meÂmasang target yang cukup tinggi untuk pendapatan komisinya di akhir tahun yaitu sekitar Rp 11 triliun – Rp 12 triliun.
Usaha peningkatan fee based income melalui penamÂbahan mesin ATM dan CRM ini juga diamini Santoso. MenuÂrutnya hal tersebut disebabkan pertumbuhan transaksi non tuÂnai yang kemudian memberikan komisi kepada bank, terutama biaya administrasi.
Belum lagi, di awal tahun BCA sempat menaikan biaya administrasi mereka sebesar Rp 2.000 menjadi Rp 15.000 termaÂsuk bundling kartu. “Maka itu, kami memproyeksikan pertumÂbuhan fee based income bisa lebih dari 15% di akhir tahun,†jelas Santoso.
Sebagai catatan, per juni 2016 BCA berhasil mencatatkan kontribusi pendapatan komisi mencapai Rp 6,37 triliun dari total pendapatannya sebesar Rp 26,13 triliun. (Abdul Kadir BaÂsalamah/Net)
Bagi Halaman