MANILA TODAY– Sedikitnya 58 pejabat pemerintahan dan keÂpolisian Filipina menyerahkan diri ke markas kepolisian. Hal ini terjadi sehari setelah Presiden Rodrigo Duterte mengungkap daftar pejabat yang terlibat kejaÂhatan narkoba.
Seperti dilansir Reuters, Senin (8/8/2016), sebanyak 27 wali kota dan 31 pejabat kepoliÂsian, termasuk seorang kolonel polisi, dari berbagai wilayah di Filipina mendatangi markas kepolisian nasional di Manila. Kebanyakan mereka yang menyÂerahkan diri berniat membersihÂkan nama mereka dan khawatir akan perintah Presiden Duterte untuk memburu mereka, jika mereka tidak menyerahkan diri dalam waktu 1×24 jam.
Beberapa pejabat lokal bahÂkan melapor ke kantor polisi di daerah masing-masing lebih awal, segera setelah Duterte mengungkap daftar itu.
Dalam pernyataannya pada Minggu (7/8), Presiden Duterte mengungkap 160 nama penjaÂbat yang dituding terlibat kejaÂhatan narkoba. Pengungkapan nama-nama ini disebut sebagai kampanye ‘nama dan malu’. SeÂlain pejabat pemerintahan dan kepolisian, daftar nama yang diungkap Duterte juga termasuk dua pensiunan jenderal polisi, tentara, anggota paramiliter, hakim dan seorang mantan angÂgota parlemen.
“Begitu Anda mendengar nama Anda disebut di sini, Anda dibebaskan dari jabatan Anda sekarang. Melapor kepada PNP (Kepolisian Nasional Filipina) dalam waktu 24 jam atau saya akan memerintahkan seluruh pasukan bersenjata dan kepoliÂsian untuk memburu Anda,†tegas Duterte.
Dalam pernyataan terpisah, Kepala Kepolisian Filipina RonÂald Dela Rosa menegur para pejabat kepolisian yang namanÂya masuk dalam daftar yang diumumkan Duterte. Dela Rosa bahkan mengancam akan memÂbunuh mereka yang namanya disebut Duterte, jika terus meÂlindungi pengedar dan menÂjual narkoba yang disita. “Saya marah atas apa yang sedang terjadi. Saya merasa malu. Kita seharusnya merupakan pihak yang menangkap orang-orang ini, tapi kita melindungi mereka. Saya akan membunuh Anda jika Anda tidak berubah,†tegas Dela Rosa.
Ditambahkan juru bicara KeÂpolisian Nasional Filipina, DioÂnardo Carlos, para polisi yang terlibat kejahatan narkoba, akan dilucuti senjatanya. Mereka juga menjadi fokus penyelidikan dan terancam dijerat pidana mauÂpun sanksi administratif, jika ada bukti kuat yang menunjukÂkan keterlibatan mereka.
Sejak Duterte menjabat Presiden Filipina pada Juni lalu, lebih dari 400 penjahat narkoba telah ditembak mati polisi di sejumlah wilayah Filipina. TeleÂvisi lokal ABS-CNN bahkan melÂaporkan ada 800 penjahat narÂkoba yang tewas sejak Duterte menjabat.(Yuska Apitya/cnn)
Bagi Halaman