Kisah Archandra ini semakin menambah panjang bukti karut-marutnya manajemen negÂara di bawah Jokowi. Politik kekuasaan yang diÂjalankan berdasarkan kongkalikong, kebijakan ekonomi yang hanya berpihak kepada pemilik modal, hingga pada titik yang banyak disakralÂkan banyak pihak, yaitu kedaulatan negara.
Atas nama kedaulatan negara, Jokowi bisa saja (pura-pura) marah, merasa kecolongan, lalu memecat Archandra. Namun, banjirnya pekerja asing—sebagian tanpa dokumen legal— di tengah musim PHK hingga rencana rencana pengesahan undang-undang kewarganegaraan ganda, adalah langkah yang bisa dengan mudah ditebak ke mana arahnya.
Satu-satunya hal yang mungkin dapat “menghibur†kita adalah rahmat dan kasih sayÂang Allah SWT. Skenario-Nya menghadirkan Archandra tepat di saat bangsa ini tengah berÂpesta merayakan 71 tahun kemerdekaan dari penjajahan asing, mestinya patut kita renungi.
Dengan kas negara yang telah divonis oleh Menkeu bolong sebesar Rp. 262 triliun, bangsa keturunan yang kian berani bertingkah karena merasa punya kapital, diskriminasi hak dan martabat kaum Muslimin, dan ketimpangan di berbagai sektor, seolah Allah menyindir, “YaÂkin, kamu sudah merdeka?â€.(*)