JAKARTA TODAY – Kondisi Anggaran Pendapatan dan BeÂlanja Negara (APBN) IndoneÂsia sudah tidak sehat. Menteri Keuangan, Sri Mulyani, mengÂingatkan pengelolaan APBN harus hati-hati.
Alasannya, keseimbangan primer dalam RAPBN 2017 mengalami defisit Rp 111,4 trilÂiun. Artinya pemerintah meÂnarik utang untuk membayar bunga utang. Berikut kondisi utang pemerintah beserta ciciÂlannya hingga Juni 2016.
Pemerintah telah menÂgajukan Rancangan AnggaÂran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2017. Total belanja yang diajukan pemerÂintah adalah Rp 2.070,4 triliun atau turun tipis dari 2016 yang sebesar Rp 2.082,9 triliun.
Secara umum, postur RAPBN 2017 dinilai Menteri Keuangan, Sri Mulyani, kurang sehat. Alasannya keseimbanÂgan primer tercatat defisit Rp 111,4 triliun. Keseimbangan primer yang defisit menandaÂkan pemerintah harus memÂbayar bunga utang dengan menarik utang.
Tahun depan, pemerintah harus membayar bunga utang Rp 221,4 triliun. Angka terseÂbut meningkat dibandingkan dengan 2016 yang sebesar Rp 191,2 triliun.
Rinciannya, untuk pemÂbayaran bunga utang dalam negeri adalah Rp 205,6 triliun, naik dari 2016 yang sebesar Rp 174 triliun. Kemudian unÂtuk bunga utang luar negeri adalah Rp 15,7 triliun, atau tuÂrun dari 2016 yang sebesar Rp 17,2 triliun.
Pemerintah masih meranÂcang postur anggaran dengan skema defisit. Artinya diperÂlukan penarikan utang untuk menutupi belanja negara yang lebih besar. Karena itu, taÂhun depan pemerintah akan menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) Rp 389 triliun secara netto.
(Yuska Apitya/dtk)
Bagi Halaman