Selanjutnya adalah  akses terhadap pembiayaan (8,6); inflasi (7,6); ketidakstabilan politik (6,5); etos kerja yang buruk (6,3); tarif pajak (6,1); keterbatasan sumber daya manusia terdidik (6,3); regulasi perpajakan (4,8), regulasi mata uang (4,6); ketidakstabilan pemerintah (4,1); kesehatan masyarakat miskin (4,0); dan pencurian (4,0); kurangnya inovasi (3,7), serta kebijakan perburuhan yang menghambat (3,7).

Berikut selengkapnya faktor-faktor yang membuat daya saing RI turun:
Korupsi 11,8

Inefisiensi Birokrasi Pemerintah 9,3

Infrastruktur yang Terbatas 9,0

Akses ke Pendanaan 8,6

Inflasi 7,6

Ketidakstabilan Kebijakan 6,5

Buruknya Etos Kerja Buruh 6,3

Tingkat Pajak 6,1

Tenaga Kerja Pintar yang Terbatas 5,6

Kebijakan Pajak 4,8

Regulasi Valas 4,6

Ketidakstabilan Pemerintahan 4,1

BACA JUGA :  Perumda PPJ Akan Renovasi Pasar Merdeka, Bakal Ada Rooftop Kuliner

Buruknya Kesehatan Publik 4,0

Kejahatan dan Pencurian 4,0

Inovasi yang Terbatas 3,7

Peraturan Buruh yang Ketat 3,7

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Industri Johnny Darmawan mengatakan, impor telah memangkas daya saing industri karena biaya logistik yang relatif tinggi. “Kalau melihat gejala deindustrialisasi bagaimana mengatasinya, mudah. Semua industri harus kita pikirkan kata kuncinya kompetitif. Tidak ada kata lain produksi atau proses dalam negeri. Logistik cost mahal, sparepart kalau impor dari luar negeri 20 sampai 30%,” ujarnya, kemarin.

Johnny juga mengatakan perlunya sinkronisasi antar lembaga supaya segala bentuk perizinan menjadi mudah. Lantaran, birokrasi yang ribet membuat pengusaha enggan menanamkan modalnya. “Roadmap punya tapi ada nggak koordinasinya. Saya banyak belajar di birokrasi itu nggak gampang karena kementerian mungkin nggak sinkron,” ujar dia. Dia menambahkan, untuk mendorong daya saing industri ada beberapa hal yang mesti dipenuhi. Di antaranya, infrastruktur seperti jalan, pelabuhan, serta kelistrikan. Kemudian, penyediaan biaya energi murah. Sebab energi yang mahal juga menekan kinerja industri. “Bagaimana memikirkan bagaimana produksi kita kompetitif kalau harga gas kita salah satu termahal di dunia, kemudian listrik,” ujarnya. Johnny juga bilang, mesti ada upaya untuk menekan harga bahan baku industri. “Kita membuat ketersediaan dari bahan baku murah, paling gampang,” tandasnya.(*)

Halaman:
« ‹ 1 2 » Semua
============================================================
============================================================
============================================================