garutGARUT TODAY- Pemerintah Kabupaten Garut menyatakan berdasarkan pertimbangan dan peraturan tentang kebencanaan yang berlaku, tidak akan memperpanjang masa tanggap darurat banjir bandang luapan Sungai Cimanuk, Garut.
“Melihat kondisi di lapangan, sepertinya akan dihentikan,” kata Sekretaris Daerah Pemerintah Kabupaten Garut Iman Alirahman saat rapat koordinasi penanggulangan bencana di Garut, Senin (3/10/2016).
Ia menuturkan tanggap darurat pertama telah dilakukan selama tujuh hari sejak kejadian bencana banjir melanda Garut, Selasa (20/9) malam. Selanjutnya tanggap darurat tahap dua, kata dia, ditetapkan pemerintah berdasarkan pertimbangan masih adanya 19 warga hilang dalam kejadian banjir tersebut. “Masih ada 19 orang yang hilang, tim gabungan sudah berupaya maksimal melakukan pencarian,” katanya.
Ia menjelaskan penghentian masa tanggap darurat akan diputuskan secara resmi setelah hasil evaluasi di Markas Kodim 0611 Garut, Selasa (4/10).

Jika tanggap darurat dihentikan, lanjut dia, maka pencarian terhadap 19 orang yang dilaporkan hilang itu akan dihentikan. “Ada batasan dalam masa pencarian, apalagi sudah 13 hari, kondisi korban bisa membahayakan relawan juga,” katanya.

Selanjutnya, pihaknya akan menjelaskan kepada pihak keluarga korban banjir yang hilang agar mau menerima keputusan penghentian tanggap darurat itu.

Ia menyampaikan pemerintah telah berupaya maksimal dalam penanggulangan bencana banjir, mulai dari pencarian korban, pembersihan sisa banjir, dan penanganan pengungsi. “Semuanya sudah dilakukan pemerintah dalam penanggulangan bencana ini,” katanya.

Terhitung tadi malam, Tim SAR gabungan menghentikan pencarian korban banjir bandang Garut, Jawa Barat, di hari ke-13. Sebanyak 19 orang masih dinyatakan hilang. “Akan tetapi ada proses pemantauan,” ucap Juru Bicara Basarnas Jawa Barat Joshua Banjarnahor, kemarin.

Dijelaskan Joshua, pencarian korban hilang hari ini difokuskan di Waduk Jatigede, Sumedang dengan dibantu alat berat beckhoe Ponthon milik Balai Besaar Jatigede Kementerian PUPR. Pencarian dilakukan hingga pukul 17.00 WIB, namun hasilnya nihil.

BACA JUGA :  PVMBG Laporkan Gunung Marapi Erupsi Malam Ini

Karena tidak ada tanda-tanda yang mengarah pada penemuan korban, tim SAR gabungan memutuskan untuk menghentikan proses pencarian. Dikatakan Joshua, keputusan ini diambil dengan berbagai pertimbangan, terutama karena keluarga para korban sudah mengikhlaskan.

Sampai penutupan operasi SAR gabungan, lanjut Joshua, sebanyak 24 orang dinyatakan meninggal. Sementara ada 19 orang yang dinyatakan hilang.

Data para korban yang dinyatakan hilang:
1. Lena agustina 18 th (Asrama Lapang Paris)
2. Ano 60 th (Cimacan)
3. Feri 40 th (Cimacan)
4. Eneng 12 th (Cimacan)
5. Kokom 35 th (Cimacan)
6. Anak dari Bu Mimin 3 th (Cimacan)
7. Supri 40 th (Cimacan)
8. Etoy 12 th (Cimacan)
9. Anak dari bapak Supri 3 th (Cimacan)
10. Endan 45 th (Sukamukti Garut Kota)
11. Aah 60 th (Tajuk terminal)
12. Ira 17 th (Lapangan Paris)
13. Euis 35 th (Lapangan Paris)
14. Novi 14 th (Lapangan Paris)
15. Ane 35 th (Sukamukti, Garut Kota)
16. Isri Lestiawati 44 th (Lapangan Paris)
17. Tania 10 th (lapangan paris)
18. Suryaman 70 th (Lapang Paris)
19. Kalea 2 bulan (Lapang Paris)

Tim SAR gabungan sudah mengerahkan peralatan canggih untuk memudahkan proses pencarian 19 korban hilang banjir bandang di Kabupaten Garut. Namun, hingga saat ini tak kunjung membuahkan hasil.

Fokus pencarian para korban hilang masih berlangsung di waduk Jatigede, Kabupaten Sumedang. Petugas memetakan empat titik pencarian yakni pulau 1, 2, 3 dan Kampung Gurandil, waduk Jatigede.

BACA JUGA :  Bekal Sekolah dengan Sosis Dadar Nori yang Simple dan Sederhana

“Belum ada penemuan jenazah lagi. Tapi petugas mencium ada bau busuk di sana,” kata Joshua.

Tim SAR sudah mengerahkan pesawat tanpa awak atau drone dan backhoe apung untuk mengefektifkan pencarian. Namun, penumpukan material sampah di lokasi pencarian masih menjadi kendala.

“Penyisiran atau penguraian sampah dilakukan dengan menarik sedikit demi sedikit sampah kayu-kayu besar dengan jangkar tali dan perahu karet,” jelas Joshua.

Sementara itu, Polda Jawa Barat masih melakukan penyelidikan terkait penyebab terjadinya banjir di Kabupaten Garut. Hal ini untuk mengungkap penyebab pasti terjadinya banjir yang menimbulkan banyak korban jiwa tersebut. “Tim penyidik dari Polda sudah tiga kali kesana,’’ ujar Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Yusri Yunus kepada wartawan di Mapolres Cianjur, Senin (3/10).

Langkah tersebut untuk menyelidiki penyebab terjadinya bencana banjir.Menurut Yusri, ada dua titik yang diselidiki. Pertama, pengalihan hutan yang diubah menjadi perkebunan rakyat. Kedua yakni adanya tempat wisata di sekitar kawasan tersebut.

Polisi lanjut Yusri, akan melakukan rapat koordinasi dengan pemerintah di Garut dan Perhutani terkait pernasalahan tersebut. Khususnya untuk membahas apakah lahan tersebut hutan lindung atau daerah resapan air.

Selain itu kata Yusri untuk mengkaji masalah perizinan adanya tempat wisata di sana. Sejumlah upaya ini untuk mengungkap penyebab terjadinya banjir.Selain di Garut, sambung Yusri, Polda Jabar juga mencoba memetakan kawasan lainnya di Jabar yang rawan terjadi peralihan fungsi lahan. Pasalnya, tindakan tersebut rawan menyebabkan bencana alam yang menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materiil.(Yuska Apitya)

 

============================================================
============================================================
============================================================